May 13, 2013

Nur Muhammad Bukan Oknum

by Leonardo Rimba Kedua (Notes) on Tuesday, May 14, 2013 at 10:36am

"Kalau bukan karena engkau (ya Muhammad), aku takkan ciptakan alam jagad ini." (Hadist Qudsi)

Menurut Joko Tingtong, Nur Muhammad adalah simbol dari kesadaran yg ada di anda, di saya, dan di siapa saja, tanpa membedakan suku, agama, golongan, usia, jenis kelamin dan orientasi seksual. Ini Nur Muhammad, Logos (Bahasa Yunani), Firman Allah, Kalimatullah. Dikonsepkan bahwa Allah memproyeksikan sesuatu dari dirinya sendiri, dan di Kristen apa yg diproyeksikan itu disebut sebagai Firman Allah. Firman merupakan terjemahan dari kata Logos yg disebut bulat-bulat seperti itu di dalam Perjanjian Baru yg memang menggunakan Bahasa Yunani. Ditulis juga bahwa Firman itu Allah sendiri, dan secara fisik menjadi Yesus. Secara konseptual atau teologis, Yesus sebagai Kristus adalah Firman atau Logos, yg pertama kali diciptakan oleh Allah sendiri. Di Hadist Qudsi disebutkan bahwa Muhammad adalah yg pertama kali diciptakan oleh Allah. Berarti ini Muhammad sebagai Nur, dan bukan Muhammad sebagai nabi.

Nur Muhammad =Kristus = Logos = Firman Allah = Kalimatullah

Aslinya ini konsep Yunani, yg bilang bahwa ada Logos, dan segalanya tercipta melalui Logos itu. Kristen mengambil alih ini konsep. Dan Islam juga mengambil alihnya berabad-abad kemudian. Essensi atau hakekat pengertian dari segalanya itu sama saja, yaitu bahwa kesadaran yg ada di manusia itu abadi. Ada karena ada. Di filsafat Yunani disebut Logos, di Kristen disebut Kristus, dan di Islam disebut Nur Muhammad.
 
Nur Muhammad tidak relevan kalau hanya dihubungkan dengan orang tertentu saja. Nur Muhammad itu konsep tentang kesadaran asal, yg ada karena ada, dan adanya di semua orang tanpa memperdulikan orangnya beragama ataupun tidak. Dengan kata lain, Nur Muhammad bukan oknum.

Oknum itu istilah khas Indonesia, di dalam bahasa Inggris tidak ada yg namanya oknum. Oknum-pengoknuman itu cara berpikir khas orang Indonesia yg membawa bangsa ini tetap terpuruk. Jadi, kalau ada penggunaan istilah oknum, maka berarti apa yg dipraktekkan itu benar; ajarannya dianggap benar, tetapi diselewengkan oleh si oknum. Tata negaranya benar, tetapi menjadi tidak benar karena ada oknum pejabat. Itu cara berpikir simplistis yg benar-benar bodoh. Mereka yg memakai kata oknum adalah orang yg mau mempertahankan sistem. Sistem apapun. Bisa sistem pemerintahan, bisa sistem pemikiran agama, seolah-olah sistemnya benar tetapi ada orang yg tidak benar. Pedahal tidak ada sistem apapun yg benar. Semua sistem berevolusi, berproses. Yg namanya proses tentu ada jatuh bangun. Ada masa pembelajaran ketika apa yg sudah tidak sesuai akan dibuang, dan yg lebih sesuai akan dipakai. Dengan kata lain, pembaharuan terus-menerus, tanpa perlu menyalahkan si oknum. Bahkan tanpa perlu menggunakan kata oknum sama sekali.

Dan seperti itulah cara berpikir yg normal. Amerika Serikat (AS) tidak mengenal kata oknum. Kata oknum itu khas Indonesia, dan korbannya sudah jutaan orang. Mungkin puluhan juta orang yg tetap berpikir bahwa sistem kita benar. Bahwa agama kita benar. Dan yg bersalah itu para oknum. Pedahal sistem kita tidak benar. Cara kita berpikir juga tidak benar. Kita selalu mencari siapa yg salah, pedahal mungkin tidak ada yg salah. Yg salah cuma cara berpikir kita sendiri.

Joko Tingtong meneruskan lamunannya. Karena saya mengerti kisah para nabi Yahudi yg ada di dalam Alkitab, maka saya bisa mengerti referensi kepada mereka di dalam Alquran. Saya pertama kali mulai baca Alkitab dan Al Quran secara serius ketika saya berusia 18 tahun, kata Joko Tingtong. Saya baca Alkitab bersamaan dengan Al Quran. Waktu itu saya baca dalam bahasa Indonesia, dan saya menemukan banyak kesamaan tentang kisah para nabi di dalam Alkitab dan Al Quran. Saat itu saya cuma menemukan dua perbedaan, yaitu tentang anak yg, konon, akan dikorbankan oleh Ibrahim. Di dalam Alkitab saya menemukan Iskak, dan di Al Quran saya menemukan Ismail. Perbedaan kedua, di Alkitab bagian injil ada kisah tentang penyaliban, dan di Al Quran tidak ada. Cuma ada referensi tentang kelahiran Isa, dan kisah lucu tentang Isa yg mengutuk anak-anak kecil menjadi kambing, dan juga kisah Isa membuat burung dari tanah liat. Bukan burung-burungan melainkan burung asli yg bisa terbang.

Bertahun-tahun kemudian Joko menemukan bermacam-macam injil yg digunakan oleh komunitas Kristen purba di wilayah Timur Tengah. Injil-injil ini ternyata tidak masuk ke dalam Alkitab, mungkin karena dianggap sesat oleh gereja. Sebagian dari injil yg dianggap sesat ini ternyata merupakan sumber dari Surah Al Maryam di dalam Al Quran. Itu kesimpulan Joko, dengan berpikir apa adanya saja, tanpa perlu harus menguasai rocket science. Semua orang yg berpikir akan bisa mencapai kesimpulan serupa tanpa perlu berteori muluk-muluk. Kita tahu bahwa injil atau kisah hidup Isa Almasih banyak sekali, puluhan kitab, tetapi yg diakui oleh gereja sebagai injil resmi cuma empat; yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes. Diluar itu masih banyak injil lainnya yg dianggap sesat, tetapi ternyata bisa masuk ke dalam Al Quran. Kisah Isa mengutuk anak-anak kecil menjadi kambing, dan kisah Isa membentuk burung-burung yg bisa terbang dari tanah liat, contohnya.

Pandangan Joko terhadap Al Quran biasa-biasa saja. Joko menganggapnya sama saja seperti Alkitab dan kitab-kitab lainnya yg disucikan oleh manusia. Isinya merupakan kumpulan ucapan atau tulisan dari manusia masa lalu. Relevan atau berlaku di lingkungan dan jamannya sendiri. Dan bagi manusia yg mengucapkan atau menuliskannya. Untuk lingkungan, jaman dan manusia lain tentu saja tidak berlaku. Tiap manusia spiritual harus berusaha mengakses Allah yg hidup di dalam kesadarannya untuk memunculkan ayat-ayat. Ayat-ayat yg berlaku bagi dirinya sendiri. Relevan di lingkungan dan masa kehidupannya sendiri. Dengan kata lain, tidak menggantungkan diri kepada ayat-ayat yg diturunkan kepada manusia lain. Alkitab dan Al Quran diturunkan untuk manusia memang. Tapi apakah itu untuk saya, tanya Joko. Apakah untuk anda? Yg jelas, mereka untuk orang-orang yg mengucapkan atau menuliskan ayat-ayat itu sendiri.

Apa yg saya tuliskan bukanlah sesuatu yg baru, kata Joko. Anda bisa baca sendiri buku-buku ilmiah tentang sejarah agama. Disana anda bisa lihat evolusi konsep Allah. Dari Allah yg berbicara melalui nabi-nabi Yahudi, sampai Allah yg dikonsepkan oleh Yesus sebagai bapak bagi semua orang. Dari berbagai konsep Allah itulah akhirnya diramu berbagai penjelasan oleh para pencipta agama. Berdasarkan kisah Firaun, misalnya, bisa dibuat kata-kata mutiara supaya orang jangan sombong dan mengandalkan otaknya. Maksudnya supaya manusia tetap menurut kepada ulama. Semuanya buatan belaka. Dan sudah diteliti di banyak buku sejarah agama. Tetapi bahkan membicarakan hal yg biasa ini saja mungkin masih diharamkan di Indonesia karena manusia takut Allah marah. Pedahal tidak akan pernah muncul Allah yg marah-marah. Allah tidak pernah muncul ke depan seorangpun manusia. Paling jauh cuma ada manusia yg berbicara seolah-olah yg dikeluarkan oleh mulutnya itu pesan dari Allah.

Menurut Joko, untuk bisa mengatasi hipnotis oleh agama caranya cuma satu, yaitu meditasi di pusat kesadaran kita, di cakra mata ketiga. Semua orang yg bisa bertahan dan maju di masa lalu ternyata meditasi di cakra mata ketiga atau God Spot.

Joko juga pernah baca tulisannya Marcus Aurelius, kaisar Romawi dan filsuf Stoicism. Menurut orang Kristen purba, Marcus Aurelius itu seorang kafir, tetapi ternyata tulisannya biasa-biasa saja, yaitu tentang bagaimana menciptakan masyarakat yg adil dan teratur. Bagaimana menjaga ketenteraman masyarakat, bagaimana untuk hidup bermartabat. Cuma itu saja, tanpa meribetkan diri dengan segala macam takhayul tentang Dewa-Dewi. Yunani dan Romawi itu penuh dengan takhayul, tetapi yg menganut takhayul secara membabi-buta cuma rakyat jelata. Para pemimpinnya justru orang-orang yg rasional. Sama saja seperti kita di Indonesia dan dimana-mana.
Para pemimpin itu orang rasional yg bisa juga menggunakan takhayul yg dianut rakyat banyak demi memperlancar pemerintahan. Para pemimpin politik tahu tentang kiat rahasia itu, para pemimpin agama juga tahu. Tetapi kalau rahasia itu dibuka mendadak, dikuatirkan bisa terjadi kekacauan. Yg bisa dilakukan adalah membiarkan proses pembukaan berjalan apa adanya. Secara alamiah. Dan itu sudah berjalan di negara-negara maju dimana agama ditelanjangi habis-habisan. Orang disana sudah tahu bahwa doktrin dalam agama merupakan rekayasa demi mengontrol pikiran dan kantong sumbangan dari masyarakat banyak. Tentu sah saja asalkan tidak dilakukan melalui paksaan menggunakan kekuatan fisik.

Agama-agama semuanya akan menggunakan kekuatan fisik untuk memaksakan pendapatnya kalau dibiarkan meraja-lela tanpa kontrol. Tetapi hal itu bukanlah urusan kita. Urusan kita adalah tentang meditasi mencapai titik keseimbangan yg adanya di dalam diri kita sendiri. Dan itu bisa dilakukan tanpa perlu kita menggunakan segala macam penjelasan ataupun teori tentang Allah dan Setan.

Tasawuf yg asli itu Stoicism juga. Orang-orang stoics adalah pengikut filsafat Yunani yg berpikir rasional dan apa adanya saja, tanpa glamour. Itu ajaran filsafat dan spiritual yg lebih mendekati kebenaran karena tidak bergelimang dalam imajinasi. Yg serupa dengan stoicism masuk ke Kristen dalam bentuk aliran-aliran Gnostic. Dan di Islam secara umum disebut aliran Sufi. Pedahal aslinya dari Yunani. Jadi, paling jauh mereka akan bilang ada roh asal yg abadi, dan kesadaran kita adalah pancarannya. Apa yg ada di kesadaran kita sama persis seperti yg ada di roh asal itu. Ada karena memang ada. Cuma itu saja.

Nur Muhammad itu roh asal. Aslinya pengertian dari filsafat Yunani, bukan agama.

Dan di dalam Islam, bahkan istilah-istilah Yunani itu diterjemahkan lagi menjadi berbagai istilah Arab. Itu tasawuf, dan harusnya orang yg sudah sampai akan bisa mengerti bahwa segalanya cuma konstruksi abstrak untuk menjelaskan sesuatu yg tidak dapat dan tidak perlu dijelaskan. Dan bukan untuk dijadikan dogma atau ajaran yg tidak boleh dipertanyakan.

Sayangnya, mereka yg menganut tasawuf saat ini jarang yg bisa mengerti akar Yunani dari praktek spiritualitas itu. Mereka merasa sudah menemukan kebenaran. Dan kebenaran itu dibungkus dengan kata-kata berbahasa Arab yg sekarang, menurut mereka, mungkin tidak boleh dipertanyakan lagi. Pedahal aslinya dari filsafat Yunani, dan cuma formula belaka. Formula atau asumsi abstrak, sifatnya netral, karena yg penting bukanlah formula itu melainkan prakteknya. Stoicism itu filsafat praktis. Untuk hidup seimbang di dunia ini, dan bukan tentang hal antah berantah seperti Surga Neraka.

Yg berasal dari filsafat dan praktek spiritual Yunani/Romawi semuanya kultivasi kesadaran dalam, tentang bagaimana menjadi manusia yg seimbang. Untung Kristen banyak terpengaruh pemikiran Yunani sehingga lebih seimbang. Kalau tidak, maka jadinya seperti Yahudi totok. Orang-orang Yahudi yg pakai syariat semuanya meditasi dengan fokus di dada. Cuma Yahudi esoterik saja yg fokusnya di kepala. Yahudi esoterik dikenal sebagai Kabalah. Ini sama seperti Gnostic di Kristen, dan juga sama dengan Sufisme di Islam. Simbol-simbolnya bisa dipertukarkan, dan bisa juga tidak pakai simbol apapun. Yg penting prakteknya.

Semakin tinggi pendidikan dan penghasilan seorang manusia, maka semakin kecillah peran agama di dalam kehidupannya. Bukan berarti orangnya lalu menjadi atheist. Bukan seperti itu. Orangnya kemungkinan besar tetap saja percaya kepada sesuatu yg disebutnya sebagai Allah, tetapi bukan Allah dari jenis sadis seperti yg umumnya dipercayai secara membabi-buta oleh mereka yg berlatar belakang kelas menengah bawah.

Sebenarnya banyak cerita lucu juga di dalam kitab-kitab suci Yahudi yg juga dipakai oleh orang Nasrani. Tentang mabuk-mabukan, bisa kita baca bahwa Nabi Nuh yg selamat dari air bah ternyata pernah kena juga. Waktu itu Nuh minum anggur sampai mabuk. Nuh punya tiga orang anak laki-laki, namanya Shem, Ham dan Japheth. Anak Nuh yg bernama Ham melihat bokapnya bugil gara-gara mabuk anggur. Si anak gila ini malahan ketawa dan cerita ke saudara-saudaranya. Shem dan Japheth yg akhirnya tahu tentang hal itu kemudian mengambil sepotong kain untuk menutup ketelanjangan Nuh. Mereka memegang kain itu sambil berjalan mundur supaya tidak melihat anune sang Babe. Setelah Nuh sadar dari mabuknya dan tahu tentang hal itu, maka dia mengeluarkan kutukan terhadap Ham, anaknya sendiri. Ham dikutuk, sedangkan Shem dan Japheth diberkati. Nuh bilang, keturunan Ham akan menjadi budak dari keturunan Shem dan Japheth.

Ham dipercaya sebagai nenek moyang orang Afrika berkulit hitam, Shem sebagai nenek moyang orang Semit (kata Semit berasal dari nama Shem, anak Nuh), dan Japheth dipercaya sebagai nenek moyang orang Eropa. Dan karena Ham dikutuk oleh Nuh, maka orang Eropa dan Semit (Yahudi dan Arab) menjustifikasi perbudakan mereka atas orang kulit hitam. Kolonialisme dan perbudakan di Afrika hitam oleh orang kulit putih dan Semit pernah dibenarkan karena ada kisah Nuh yg mengutuk anaknya yg bernama Ham. Bahkan kisah kutukan itu masih dipercayai bulat-bulat sampai perbudakan orang kulit hitam dihapuskan total di AS melalui perang saudara. Presiden AS, Abraham Lincoln, harus melawan mitos tentang layaknya pelestarian perbudakan orang kulit hitam oleh orang kulit putih. Perbudakan mana dilandasi oleh ayat-ayat kitab suci yg menuliskan bahwa Ham, nenek moyang orang Afrika, telah dikutuk oleh Nuh untuk menjadi budak saudara-saudaranya yaitu Shem dan Japheth alias orang Semit dan orang Eropa.

Kembali lagi ke topik tentang kitab yg disucikan, mungkin anda belum tahu bahwa orang-orang Protestan di Belanda dan Indonesia masa lalu telah menginjak-injak dan membanting-banting Bijbel mereka sejak Indonesia masih menjadi jajahan Belanda di awal abad ke 20. Mereka lakukan itu di depan para mahasiswa theologia yg baru masuk. Itu semacam perpeloncoan bagi para mahasiswa baru calon pendeta Protestan didikan Belanda. Makanya orang Protestan di Belanda dan di Indonesia begitu hebat otaknya. Mereka tahu bahwa Alkitab itu benda mati. Tidak ada artinya. Yg berarti adalah isi. Dan isi itupun bukan harafiah, melainkan simbolik, yg harus selalu disesuaikan dengan jaman. Belanda itu benteng liberalisme sejak ratusan tahun lalu, makanya kebebasan beragama di Indonesia begitu besar di masa kolonial. Sampai sekarang mayoritas orang Indonesia masih liberal. Secara historis kita semua liberal karena dididik seperti itu oleh Belanda. Cuma orang masih malu-malu kucing untuk mengaku sebagai orang liberal.

Kejujuran menuntut kita mengakui bahwa yg memotivasi kita adalah diri kita sendiri. Bukan orang lain. Kalau saya menyebut diri saya seorang motivator yg bisa memotivasi anda, maka rasanya saya seperti menjadi penipu, kata Joko Tingtong. Tentu saja aliran motivasional masih mending dibandingkan aliran agama, karena tidak pakai dogma. Asalnya dari AS, bermula dari pengajaran tentang positive thinking yg dikembangkan oleh Norman Vincent Peale, seorang pendeta Kristen. Bahkan motivasionalpun asalnya dari Kristen. Tapi sekarang boleh bilang sudah sekuler, dan tujuannya untuk membentuk anda menjadi robot yg termotivasi.

Aliran motivasional dengan para praktisinya yg disebut, dan menyebut diri, sebagai motivator merupakan kelanjutan langsung dari agama Kristen. Itu cabang sekuler dari Kristen. Kita bahkan bisa telusuri asal-usulnya dari Pendeta Norman Vincent Peale, yg lalu diikuti oleh Dale Carnegie. Mungkin bisa ada hasilnya juga sampai taraf tertentu, terutama apabila pikiran anda tidak digunakan. Apabila anda rela dihipnotis dan menghipnotis diri. Ada penggunaan alam bawah sadar juga. Tetapi, karena banyak yg disembunyikan, maka Joko menyebut motivasi sebagai aliran tipu-menipu juga. Joko tidak bilang salah. Dia cuma bilang motivasi termasuk aliran tipu-menipu. Ada manfaatnya juga, sampai batas tertentu.
Bedanya dengan saya, saya tidak bermain slogan, kata Joko. Saya tidak pernah menjerit "dahsyat!".

Saya mengerti teknik motivasional yg dibawakan dalam seminar. Asalnya dari teknik-teknik cuci otak di gereja-gereja Kristen. Lalu digunakan oleh Dale Carnegie dalam training-trainingnya. Secara besar-besaran digunakan oleh perusahaan Amway, yg lalu ditiru oleh MLM lainnya di seluruh dunia. Kalau orang mau jadi robot, tinggal memprogram dirinya saja. Tinggal ikut manual. Kalau mau tentu saja bisa, dan boleh. Tidak ada yg larang. Aspek yg satu ini sama seperti agama. Merupakan pilihan. Kalau orangnya mau, maka bisa. Bisa dijalankan. Bedanya dari agama, motivasional tidak memaksa. Kalau orangnya BT atau sudah tobat, maka bisa keluar.

Sampai taraf tertentu aliran motivasional masih oke. Masih bisa membantu sebagian orang. Tetapi tentu saja ada batasnya. Ada satu saat dimana orang akan sadar dan dihadapkan kepada pilihan, tentang apakah mau melepaskan diri dari segala macam program yg ditanamkan dari luar itu? Kita bisa jadi robot untuk beberapa saat. Sebagian orang, mungkin sebagian besar, menjadi robot seumur hidup. Tetapi ada yg lebih dari itu. Life is more than that. Lebih dari sekedar membentuk diri menjadi robot, baik robot agama maupun robot motivasional.

Menjadi manusia spiritual artinya berani, tidak takut menghadapi aliran apapun. Baik dari agama maupun yg sekuler seperti berbagai merek motivasi. Iman tempatnya di kepala. Dan itu dipupuk dengan cara meditasi. Meditasi di cakra mata ketiga, dan bukan di cakra jantung.  Anda bisa pakai simbol apa saja. Bisa pakai simbol Buddha, bisa pakai simbol Siwa, bisa pakai simbol Yesus. Bisa pakai simbol Nur Muhammad. Saya sendiri tidak mendorong anda untuk pakai simbol apapun, kata Joko.

Saya sendiri sudah tidak lagi pakai simbol-simbol.

Untuk anda yg belum tahu, spiritualitas tertinggi di satu dunia saat ini lahir dari aliran-aliran Post Christian. Paska Kristen. Bukan dari Hindu, Buddha, atau Islam. Tapi dari Kristen. Kristen yg menjadi kapir dan menggunakan mantra-mantra Hindu Buddha. Dan bukan Hindu Buddha yg menjadi kebarat-baratan dan menggunakan musik Kristen. Bukan begitu, tetapi sebaliknya. Kemajuan spiritualitas di satu dunia bisa begini tinggi karena orang-orang Kristen menjadi kapir, dan bukan karena orang-orang Hindu Buddha menjadi Kristen.

No comments:

Post a Comment