May 21, 2013

Epilog: Lalu yg Hidup Itu Apa?

by Leonardo Rimba Kedua (Notes) on Wednesday, May 22, 2013 at 9:22am
 
Joko Tingtong duduk di depan monitornya pagi ini, dan berkata: Saya orangnya terus terang, apa adanya saja, tidak plintat-plintut.

Saya akan tulis bahwa action menangkap Jin di TV adalah kegiatan badut. Jin ditangkap dan dimasukkan botol cuma action, nyari duit. Tidak ada Jin yg ditangkap, dan tidak ada yg dimasukkan botol. Sudah waktunya kita bongkar semua penipuan yg dilakukan oleh kaum paranormal. Paranormal itu tidak normal, menggunakan ketidak-tahuan anda demi mengeruk duit. Saya juga anggota FKPPAI (Forum Komunikasi Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia), lanjut Joko, walaupun sudah bertahun-tahun tidak pernah bayar iuran keanggotaan. Saya tahu semua kiat paranormal. Tapi saya tidak mau pakai itu, saya tidak bakat bohongin orang. Sebagian orang terjerumus dalam kelakuan kemaruk, yaitu  membeli Jin dari paranormal tertentu.

Tentu saja Jin yg dipesan tidak bakalan datang.

Tapi duit sudah melayang.

Ada yg namanya intuisi, muncul dari dalam pikiran kita sendiri lewat praktek meditasi yg rutin. Itu bisa dilakukan, kalau mau, dan bisa dinikmati sendiri hasilnya, yaitu kemampuan penyembuhan bagi diri sendiri dan orang lain. Joko berbicara tentang intuisi dan bukan tentang segala macam praktek tidak keruan, yg masih dipercaya orang Indonesia, seperti menyedot benda-benda gaib. Joko pernah lihat benda yg katanya disedot oleh si paranormal dan, menurutnya, merupakan hadiah dari leluhur. Joko lihat dan pegang, ternyata kosong. Tangan Joko bisa merasakan energi, dan ternyata itu barang tidak ada energinya. Barang biasa saja. Tanpa dipegang Joko juga bisa bilang, bahwa itu kristal baru dibeli di pasar. Buatan pabrik.

Beli di Pasar Rawa Bening, tapi disohorkan sebagai hadiah dari leluhur.

Keterlaluan sekali.
Kesadaran atau Allah di dalam diri anda adanya bukan di hati. Bukan di bagian dada, tetapi di dalam otak, di bagian kepala. Kalau jantung anda berhenti berdetak, anda masih tetap hidup karena frekwensi otak anda masih ada, masih bisa terdeteksi oleh alat EEG. Anda baru mati setelah gelombang otak anda datar. Ketika sudah tidak ada lagi gelombang otak yg terdeteksi, anda dinyatakan mati.

Kesadaran, bisa disebut Allah, adanya di dalam otak anda, dan bukan di hati.

Kalau mau pakai istilah hati, maka harus dilengkapi dengan pengertian bahwa sebagian besar kesadaran di diri anda adanya di otak, dan cuma sebagian kecil sekali yg ada di hati. Itulah sebabnya, ketika anda pakai hati, anda tidak bisa menemukan apa itu kesadaran, anda akan berputar-putar di konsep yg dibuat orang lain, yg asalnya dari ribuan tahun lalu, ketika manusia masih sangat primitif. Kesadaran anda selalu mengkonsepkan tentang Allah. Itu kalau anda mengerti cara mainnya. Kalau anda tidak mengerti, anda cuma akan mengikuti saja apa yg diindoktrinasikan orang lain kepada anda. Orang lain selalu bilang Allah adanya di hati.

Sebenarnya bukan hati, melainkan jantung. Bahkan untuk bilang jantung saja orang Indonesia masih susah. Jantung selalu dibilang sebagai hati. Yg di dada itu jantung, bukan hati. Hati letaknya lebih ke bawah lagi.

Allah yang membedakan manusia adalah suatu berhala. Dalam hal ini berhala yang membedakan manusia. Berhala cuma Allah yang dikonsepkan oleh manusia yg berasal dari ruang dan waktu tertentu. Tentu saja konsep Allah yang diberhalakan itu tidak universal. Tidak bisa berlaku di tempat lain, terutama di negara-negara Barat yg para manusianya sudah jauh lebih maju daripada manusia di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Lalu ada seorang rekan yang bilang bahwa pendapat Joko Tingtong gamblang tenan, sebuah perspektif yang sangat indah, human behavioral based. Berdasarkan ilmu perilaku. Joko menjawab: Bukankah segala sesuatu yang menyangkut perilaku manusia memang sifatnya behavioral? Behavior = perilaku.

Nah, di belakang perilaku manusia ada bermacam-ragam ide. Ide tentang Allah, ide tentang Semar, ide tentang Kanjeng Ratu Kidul, ide tentang Buddha, ide tentang Yesus, ide tentang Siwa, ide tentang the Eternal Feminine, ide tentang Ibu Pertiwi, dan segala macam ide yang tidak terhitung banyaknya. Sejajar dengan segala perilaku manusia dan ide-ide yang ada di dalam pikirannya, ada juga yang namanya pengalaman kejiwaan. Pengalaman kejiwaan ini terkadang disebut sebagai psychological experience. Bisa pula disebut sebagai religious experience atau pengalaman keagamaan. Bisa pula disebut sebagai spiritual experience atau pengalaman rohaniah. Dan boleh bilang semuanya cuma bisa dirasakan oleh manusianya sendiri. Orang lain cuma melihat anda klayar-kliyer, tapi anda merasa didatangi oleh suatu makhluk berwujud asap putih yang bilang bahwa namanya Jibril.

Dari pengalaman Joko bertemu dengan banyak manusia, yang namanya pengalaman batin bertemu dengan berbagai makhluk halus merupakan pengalaman yang umum. Sangat umum. Sayangnya kita tidak bisa seperti orang jaman dahulu kala yang percaya bahwa hal seperti itu cuma bisa dialami oleh manusia tertentu saja. It doesn't work like that. Yang namanya pengalaman spiritual dialami oleh semua manusia. Sebagian manusia yang memperoleh pengalaman spiritual itu mengucapkan apa yang didapatnya ketika kesambet. Lalu ucapan itu dicatat di atas tulang, papirus, kulit kambing, dsb. Mungkin juga cuma dihapalkan oleh orang-orang yang kebetulan ada di sekitarnya. Sebagian lagi bisa menuliskan sendiri apa yang diperolehnya.

Kebanyakan tulisan yang sekarang dikenal sebagai ayat-ayat suci berasal dari pengalaman seperti ini. Sangat umum di masyarakat Semitik. Orang-orang Yahudi dan Timur Tengah lainnya.

Sebagian rekan Joko Tingtong ada yang mengutip guru-guru sufi seperti Al Ghazali dengan elaborasinya yang bertingkat-tingkat tentang Allah. Dan itu dikutip untuk menyatakan bahwa Allah nyata. Menurut pendapat Joko, Al Ghazali cuma berimajinasi saja. Semuanya itu imajinasi, dan tentu saja sah. Yang namanya pengalaman spiritual juga bekerja berdasarkan imajinasi. Imajinasi memunculkan pengalaman spiritual. Bahkan, imajinasi adalah pengalaman spiritual itu sendiri. Kata Allah disitu cuma semacam kata bantu. Kalau anda tidak menggunakan kata Allah, maka akan sulitlah untuk menerangkan tentang cinta kasih dan segala macam konsep turunan lainnya. Karena ada kata Allah, maka anda bisa mengerti dan mengkomunikasikannya. Tetapi, apakah benar ada Allah seperti yang diimajinasikan oleh Al Ghazali?

Sebagai produk imajinasi, maka Allah ada. Kalau anda mengimajinasikan Allah, tentu saja akan muncul Allah di dalam imajinasi anda, terlebih lagi ketika gelombang otak anda turun ke level Alpha ke bawah, gelombang otak meditatif mendalam, yaitu gelombang otak Theta dan Delta.

Bagi sebagian orang lainnya, yaitu mereka yang tidak berimajinasi dengan konsep Allah, maka Allah tidak ada. Tergantung anda mau atau tidak mau berimajinasi. Lalu, kalau mau, anda mau mengimajinasikan apa? Kalau yang anda imajinasikan itu anda namakan Allah, maka anda akan menemukannya di dalam kesadaran anda. Kalau yang anda imajinasikan namanya Ganesha, Dewa Gajah, maka anda akan menemukannya pula. Kalau yang anda imajinasikan namanya Sun Go Kong, Dewa Monyet, maka anda akan menemukannya pula.

Kesimpulannya apa?

Kesimpulannya adalah bahwa segala apapun yang kita imajinasikan itu tidak akan menjadi masalah karena cepat atau lambat mereka akan muncul di dalam kesadaran kita sendiri. Segala obyek dari imajinasi itu valid, sah, baik namanya Allah, Ganesha, Sun Go Kong, atau apapun. Tetapi mereka cuma obyek saja, simbol saja. Abstrak dan mati.

Lalu yang hidup itu apa?

Yang hidup adalah kesadaran yang ada di diri anda, di diri saya, dan di diri siapa saja. Makanya berhati-hatilah dengan konsep Allah yang anda imajinasikan. Kalau anda mengimajinasikan Allah yang penuh syariat, maka anda akan menjadi manusia yang berusaha untuk menyenangkan Allah dengan menjalani segala syariat itu. Mungkin dengan paksaan, baik halus maupun kasar, terhadap diri anda sendiri dan orang lain. Kalau anda mau mengimajinasikan Allah yang pengasih dan penyayang dan sama sekali tidak menuntut syariat, maka anda akan penuh cinta kasih. Tidak menuntut syarat agar dicintai dan mencintai.

Yang mutlak adalah kesadaran  atau consciousness yang ada di diri anda. Dan yang relatif itu segala macam konsep tentang Allah yang bisa diganti dengan apa saja. Bahkan satu kata Allah juga berbeda-beda dampaknya. Allah jenis apa yg ingin anda pakai?

No comments:

Post a Comment