May 20, 2013

Itulah Rohul Quds, Roh Kudus!

Itulah Rohul Quds, Roh Kudus!

by Leonardo Rimba Kedua (Notes) on Monday, May 20, 2013 at 11:14am
Joko Tingtong baru tahu kalau kemarin adalah hari Pentakosta, setelah googling di internet. Pentakosta adalah peringatan turunnya Rohul Quds ke atas kepala puluhan murid Yesus di Yerusalem dua milenium yg lalu. Setelah mereka berdoa dan puasa terus-menerus. Konon berasal dari surga, dikirim sendiri oleh Yesus yg sudah masuk ke surga pada hari Kenaikan Isa Almasih. Lidah api bernyala-nyala di dahi mereka, tanda terbukanya mata ketiga.

Itulah Rohul Quds!

Roh Kudus. Atau Holy Spirit dalam bahasa Inggris.
Roh Kudus adalah Allah sendiri menurut pengajaran Kristen. Bagian dari Trinitas: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Simbolnya burung merpati. Tapi pertama-kali muncul sebagai lidah api, di dahi murid-murid Yesus. Joko yakin Yesus dan murid-muridnya menggunakan meditasi mata ketiga. Penggunaan kepala sebagai fokus meditasi, dan bukan dada!

Pentakosta tanggalnya tiap tahun berubah, karena mengikuti kalender Yahudi. Perayaan Kristen yg tanggalnya tetap di kalender cuma Natal dan Tahun Baru. Diluar itu semuanya berubah-ubah karena mengikuti kalender Yahudi. Sebagai turunan dari Yudaisme, Kristen termasuk setia. Banyak perayaan kekristenan berasal dari tradisi Yahudi, yg telah diberikan warna Kristen. Warna Kristen artinya pakai Yesus.

Yg orang mungkin ingat, ketika Pentakosta yg pertama, murid-murid Yesus berbicara dalam bahasa roh. Menurut Joko, bahasa roh adalah istilah salah kaprah. Bahasa Inggrisnya speaking in tongue. Berbicara di lidah. Ketika anda mengeluarkan apa yg ada di ujung lidah anda, maka anda berbicara di lidah. Efeknya menyembuhkan. Joko pikir orang Timur Tengah punya kebiasaan seperti itu. Kalau histeris, orang sana bisa berteriak di lidah. Lidahnya saja yg berteriak. Dari perut langsung ke dada dan lidah, tidak lewat kepala lagi. Mungkin termasuk gejala spontanitas. Menurut Joko, berbicara di lidah tidak ada hubungannya dengan intuisi yg adanya di cakra mata ketiga, di kepala. Bahasa lidah cuma semacam gejala histeris. Mungkin katharsis atau pelepasan emosi yg lama terpendam. Kalau dilepaskan, manusianya bisa tiba-tiba sembuh. Dan mungkin bisa membantu penyembuhan orang lain juga. Penyembuhan getok tular. Menular.

Roh Kudus yg datang ke murid-murid Yesus tidak dapat dibendung. Tidak pakai dogma. Dengan energi Roh Kudus mereka bisa langsung menyembuhkan orang sakit. Dengan sekali sentuh saja. Atau bahkan cukup dengan mengeluarkan ucapan saja. Sama seperti Yesus. Joko percaya hal ini masih berlangsung terus, walaupun tentu saja kita tidak perlu seheboh murid-murid langsung dari Yesus. Jamannya sudah beda. Kita bisa pakai gaya yg lebih modern. Dan pengertian yg lebih modern juga. Penyembuhan bukanlah hal aneh. Sumbernya sama. Apa bedanya anda dengan murid-murid Yesus? Apa bedanya anda dari Petrus dan Paulus? Bahkan, apa bedanya anda dari Yesus sendiri? Tidak ada bedanya! Kalau Yesus dan murid-muridnya bisa, harusnya kita juga bisa. Kristen awal bukanlah agama, melainkan jalan spiritual. Bagaimana memiliki hati nurani yg bersih, hidup sehat apa adanya. Dan enjoy!

Orang Kristen yg syiar agama suka menyitir perkataan Yesus dari Injil Yohanes yg bunyinya: Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Menurut Joko, itu benar. Anda ucapkan: Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Ucapkan itu sambil menunjuk diri anda sendiri. Yesus cuma simbol dari diri anda. Menurut Joko, ucapan Yesus yg paling powerful memang yg satu itu. Dan diucapkannya haruslah dengan pengertian bahwa anda sendirilah Yesus itu. Kenapa? Karena di injil yg sama juga dituliskan, bahwa kalau semua perbuatan Yesus dituliskan, maka bahkan semua buku yg ada di dunia ini tidak akan bisa memuatnya. Itu kunci dari perkataan Yesus di Injil Yohanes. Kenapa bahkan semua buku tidak bisa memuat kisah Yesus? Karena Yesus adalah setiap orang dari kita.

Sehingga, bahkan semua buku di dunia ini tidak akan sanggup memuat seluruh kisahnya!

Joko bahkan menyarankan agar mereka yg merasa tertarik dengan simbol Yesus untuk langsung menggunakannya saja. Sebagai orang spiritual kita tidak terikat agama, kata Joko. Agama adalah lembaga, dogma dan kotak sumbangan. Kita bukan agama, kita pejalan spiritual, bisa akses berbagai simbol spiritual tanpa resah dan gelisah. Tanpa perlu keluar masuk agama. Paling jauh agama cuma hiasan di KTP. Kita tidak hidup untuk agama. Agama cuma formalitas, spiritualitas bukan. Bukan formalitas melainkan kultivasi kesadaran pribadi. Orang Jawa telah mengenal kultivasi kesadaran pribadi sejak ribuan tahun lalu. Jawa yg multikultural. Sinkretik dan plural.

Dan itu ditemuinya di banyak tempat. Banyak teman datang dari Pare, Kediri, pada saat acara darat Komunitas Spiritual Indonesia di Trowulan, Jawa Timur. Puluhan orang. Cukup banyak sebagai satu kelompok asal. Joko jadi ingat Clifford Geertz dan bukunya yg berjudul Abangan, Santri, dan Priyayi. Isinya tentang modus operandi masyarakat multikultural di Jawa Timur. Jalan bersamaan, tidak mengganggu satu sama lain. Begitu menurut Clifford Geertz di dalam bukunya yg merupakan hasil penelitian di Pare pada awal tahun 1950-an. Mungkin masih seperti itu situasinya saat ini. Joko harap masih seperti itu.
           
Kediri terkenal dengan emasnya. Joko bilang itu bukan emas, tetapi perunggu. Memang dilapisi emas dengan teknik dari Cina. Bahan dasarnya perunggu, tetapi dilapis emas, dan digunakan oleh para punggawa. Waktu ke Kediri, Joko dapat sepasang gelang punggawa dari masa Kediri. Utuh, tapi dilapisi karat sampai total berwarna hijau. Diangkat dari Kali Brantas. Joko bersihkan dan dicek oleh temannya, seorang tukang emas. Memang benar, gelang perunggu itu dilapisi emas. Makanya sampai sekarang masih beredar mitos tentang emas Kediri. Konon kalau emas Kediri bisa terangkat, semua hutang-hutang Indonesia akan bisa terbayar lunas. Sayangnya bukan emas asli. Cuma perunggu yg dilapisi emas.
           
Kediri satu jaman dengan Dinasti Song di Cina, sekitar 1,000 tahun lalu. Akhir-akhir ini banyak ditemukan kapal karam yg mengangkut keramik Cina dari masa itu. Ditemukan di lepas pantai Utara Pulau Jawa; pelabuhan Cirebon, Jepara dan Tuban. Yg mau dilelang oleh pemerintah RI beberapa tahun lalu adalah keramik Dinasti Song. Satu jaman dengan Kediri. Begitu banyak keramik yg diangkut dalam satu kapal karam itu saja. Bisa dibayangkan bagaimana mundar-mandirnya perdagangan Jawa dengan Cina saat itu. Ini masa yg remang-remang, kita cuma bisa rekonstruksi saja, karena tidak ada catatannya. Yg ada cuma bukti material, berupa kapal karam dan, tentu saja, di gen. Di Malaysia baru-baru ini dicoba periksa gen orang-orang yg datang dari Jawa dan menetap disana. Ditemukan, ternyata gen mereka yg datang dari Jawa banyak kemiripan dengan gen orang-orang yg bertempat tinggal di daratan Cina. Itu bukti secara saintifik menggunakan teknologi paling mutakhir.
           
Jaman Dinasti Tang dan Song di Cina adalah masa keemasan perdagangan internasional di masa lalu. Cina berdagang dengan Timur Tengah, Persia, India, Korea, Jepang, dan Jawa. Waktu masa Majapahit, Cina sudah berganti dinasti. Digantikan dengan Dinasti Yuan, yaitu orang Mongol, yg lebih tertarik dengan penaklukan wilayah. Tercatat di sejarah dunia, Dinasti Yuan di Cina, yg bahkan kerabatnya bisa menggulung khalifah di Baghdad, ternyata tidak bisa menaklukan Jepang dan Jawa.
         
Kekuasaan Mongol di Cina tidak lama, masa keemasan dan pudarnya Majapahit sejaman dengan Dinasti Ming di Cina. Ini dinasti yg tercerahkan. Cina mengirimkan armada besar-besaran untuk membuka hubungan perdagangan dengan seluruh dunia, bahkan sampai Afrika. Laksamana Cheng Ho bahkan sampai di-asosiasikan dengan Sam Po Kong. Pedahal seorang Cina Muslim. Dan bisa dipastikan golongan partikelir dari Cina tak habis-habisnya mengunjungi Jawa sejak saat itu, mungkin lebih intens. Tapi pedagang Cina cenderung pulang balik, atau menikah dengan perempuan lokal. Tidak ada upaya monopoli seperti orang-orang Barat. Joko merasa tidak terhitung pendatang dari Cina menetap di Jawa selama kurun waktu 1,000 tahun terakhir. Turun temurun memperkuat gen penduduk Jawa. Dan bisa dipastikan juga, kurang lebih, bahwa pendatang dari Cina kemungkinan besar menikah dengan anak perempuan penguasa lokal. Dan di ibukota Majapahit memang bertempat tinggal banyak pendatang dari Cina. Beragama Islam, dan beragama lain juga. Mungkin sampai berjumlah ribuan orang. Mereka itu kemana ketika Trowulan diserang? Tentu saja tetap di tempat, tidak bisa pulang. Mau pulang kemana lagi? Dan keturunannya adalah anda yg bertempat tinggal di Jawa Timur. Dan pastinya sampai ke Bali dan Madura juga. Madura tidak kurang pengaruh Cinanya dibandingkan dengan Bali. Kalau anda lihat ukiran-ukiran asli Madura, anda akan lihat warna-warninya. Warna-warni Cina. Dan, yg mungkin menentukan asimilasi disini adalah agama. Cina memang etnosentris, dan bahkan cenderung rasis, merasa diri paling berbudaya satu dunia. Itu Cina yg asli. Tetapi kalau sudah menjadi Muslim tidak begitu. Dalam hal ini Islam bisa dibilang menjadi sesuatu yg baru, melebarkan cara pandang etnosentris Cina yg kelewatan itu.
          
Yg juga menarik adalah Gus Dur. Bagaimana Gus Dur bisa tahu bahwa dia keturunan Cina dari suku Hakka? Bisa dipastikan bahwa keluarganya memegang silsilah. Semua kecuali satu orang Wali Sanga adalah keturunan Cina. Kalau Wali Sanga keturunan Cina, maka pendiri pesantren-pesantren adalah keturunan Cina juga. Yg juga sama sekali tidak masalah. Ini penetrasi modernitas yg paling mutakhir saat itu. Etnik Cina memang lebih punya akses ke informasi saat itu, karena bisa baca tulis. Menjadi katalis untuk memodernkan Jawa. Tapi, ada juga tapinya. Satu sisi dari etnik Cina menjadi para wali dan mendirikan pesantren. Mungkin ini yg sekarang disebut golongan putihan. Satu sisi lagi masuk keraton dan menjadi pujangga istana. Harusnya disebut abangan. Dan sekarang dikenal sebagai Kejawen.

Kalau para wali dan pendiri pesantren adalah keturunan Cina, mengapa para pujangga istana di Jawa bagian tengah bukan keturunan Cina juga? Itu hipotesa Joko, untuk menjawab pertanyaan kenapa istana-istana di Jawa bagian tengah agak anti asing. Pedahal Jawa sinkretik. Penjelasan Joko, mereka anti asing karena sastranya dibuat oleh keturunan Cina. Yg Islamnya setengah. Islam Kejawen. Bukan berarti Joko bilang jelek, tidak begitu. Segala sesuatu ada fungsinya. Kejawen atau abangan adalah penyeimbang yg putihan. Intuisi Joko malahan bilang Islam yg diajarkan Wali Sanga sudah akulturasi maksimal di jamannya. Mereka masih pakai dupa. Kemenyan dan setanggi yg sekarang boleh bilang tidak dipakai lagi. Waktu Joko masih kecil, selametan di kampung-kampung di Jawa Barat masih pakai setanggi. Bisa beli di warung. Sekarang sudah tidak ada lagi. Dianggap haram. Yg seperti itu di jaman para wali, betapapun ekstrimnya dilihat dari kacamata kita saat ini, bisa dipastikan masih dipraktekkan secara meluas. Kita makin lama makin konservatif. Kita merasa kembali ke masa awal yg lebih murni. Pedahal, kalau mau diteliti secara seksama praktek para wali, kemungkinan kita akan kaget berat. Kemungkinan besar para Wali Sanga masih mentoleransi banyak hal yg diwariskan oleh budaya Siwa-Buddha. Toleransinya besar sekali. Intoleransi baru muncul akhir-akhir ini saja.
        
Orang Yahudi yg spiritual juga cukup banyak. Resminya beragama Yahudi, tetapi gaya hidupnya sekuler. Suka meditasi. Mungkin lebih dari separuh orang Yahudi adalah Yahudi sekuler. Total yg digolongkan Yahudi di seluruh dunia sekitar 14 juta sekarang, dan lebih banyak yg berada di Amerika Serikat daripada di Israel. Anti Semitisme sekarang diartikan sebagai anti Yahudi, pedahal yg termasuk ras semit bukan Yahudi saja. Arab juga semit. Dan tidak benar Yudaisme tidak pernah melakukan penyebaran agama. Pernah juga, tapi tidak diteruskan. Yg marak disebarkan dan akhirnya dianut oleh lebih dari separuh penduduk dunia sampai saat ini adalah cabangnya. Turunan dari Yudaisme, yaitu Kristen dan Islam.
           
Orang Yahudi punya kelebihan dibandingkan yg lain karena mereka sudah go international sejak 2,500 tahun yg lalu. Menjadi kelas menengah pertama di dunia. Kelas pedagang perantara. Dibutuhkan sekaligus dimusuhi. Madinah di jaman pra-Islam adalah kotanya orang Yahudi. Dibangun oleh orang-orang Yahudi yg menguasai perdagangan antara Yemen di Selatan dan Palestina di Utara. Mekkah penduduknya Arab, Madinah Yahudi. Di Mekkah ada juga orang Arab yg menganut Yudaisme, atau lebih tepatnya aliran Yudaisme yg percaya kepada Yesus. Termasuk disini Abu Thalib, paman Nabi Muhammad, dan Khadijah, istri nabi. Mereka proselyte (muallaf), mungkin sudah turun temurun juga. Proselyte atau muallaf artinya, orang-orang dari bangsa lain yg percaya kepada Tuhannya orang Yahudi. Setelah Yesus datang, banyak proselytes ini yg percaya kepada Yesus juga. Dengan kata lain, kalau pakai istilah sekarang, menjadi Kristen. Abu Thalib dan Khadijah itu agamanya Kristen. Kristen versi lokal, yg marak di Timur Tengah saat itu. Kristen juga, walaupun tidak sama dengan Kristen yg berkembang di Eropa. Kalau saat itu didata, bahkan Nabi Muhammad akan digolongkan sebagai penganut Kristen juga, karena dia percaya Yesus. Kalau percaya Tuhannya Yahudi tetapi tidak percaya Yesus, namanya proselyte biasa. Kalau percaya Tuhannya orang Yahudi, sekaligus percaya kepada Yesus, maka digolongkan sebagai Kristen. Makanya Nabi Muhammad tidak cocok dengan orang Yahudi di Madinah, tetapi bisa memberikan tempat kepada orang-orang Kristen untuk beribadah di masjidnya.

Ada hadist yg menceritakan itu, dan Joko percaya itu asli.
           
Yahudi di negara-negara Barat sinonim dengan kelas menengah yg mapan, lebih tinggi taraf hidupnya dibandingkan rata-rata penduduk. Status sosial ekonominya lebih tinggi, mungkin paling tinggi. Mampu beradaptasi, jelas karena sudah ribuan tahun tinggal di diaspora atau perantauan. Orang Indonesia yg baru beberapa tahun saja tinggal di perantauan juga sudah beda sikapnya, apalagi orang Yahudi yg sudah ribuan tahun? Itulah rahasianya. Bisa mempertahankan identitas walaupun sudah ribuan tahun tinggal di perantauan, di Timur Tengah, Eropa, Afrika, dan Asia. Mungkin yg sudah hilang jauh lebih banyak lagi karena kalau tidak menganut Yudaisme berarti langsung terserap ke masyarakat setempat. Yg masih menganut Yudaisme juga tidak asli lagi. Banyak yg kawin campur. Tetapi, asal masih menganut Yudaisme, maka tetap akan diakui. Makanya ada Yahudi putih, ada juga Yahudi item. Semuanya diakui. Keyahudian bukan hanya tentang etnik saja, melainkan agama juga, yg seharusnya tidak menjadi masalah karena merupakan pilihan bagi orangnya. Dulu menjadi masalah di Eropa ketika Kristen merajalela dan orang Yahudi dipaksa menjadi Kristen atau diusir keluar. Sekarang Eropa sudah beda. Yg masih praktek diskriminasi adalah Israel, tetap mendefinisikan Yahudi sebagai agama. Kalau anda penganut Yahudi secara turun-temurun, maka anda berhak datang ke Israel dan menuntut diakui sebagai warganegara. Bisa dilakukan saat anda turun di airport Tel Aviv. Dan langsung diproses saat itu juga. Tapi, kalau anda Yahudi yg sudah beragama lain, Kristen atau Islam, maka itu tidak bisa.
           
Tata cara ibadah Kristen juga diambil-alih dari sholat orang Yahudi. Cuma, Kristen pakai bangku untuk bersujud. Jadinya berlutut, dan bukan bersujud di lantai seperti aslinya.Tetapi tata cara ibadah tetap mengikuti ritual Yahudi di synagoga yg sudah ada sebelum Kristen mapan. Tata cara ibadah Islam juga mengikuti contoh Yahudi. Atau, lebih tepatnya Yahudi dan Kristen. Kristen yg langsung ke Arab tanpa lewat Eropa. Nabi Muhammad dan keluarganya adalah penganut Kristen langsung, yg diturunkan oleh Yesus dan murid-muridnya, tanpa lewat Eropa. Makanya tidak kenal Trinitas. Trinitas itu produk Kristen Eropa. Kristen Arab seperti dianut oleh Abu Thalib dan Khadijah tidak mengenal Trinitas. Di dalam Al Quran juga terdapat Injil. Injil beda dengan Alkitab, yaitu seluruh kitab suci Kristen. Yg namanya Injil adalah kisah hidup Yesus thok. Dari lahir sampai mati. Dan itu juga ada di dalam Al Quran, yaitu Surah Al Maryam. Surah Al Maryam itu Injil. Bukan versi Injil seperti yg dipakai oleh orang-orang Kristen di Barat, tetapi Injil yg dipakai oleh orang Arab. Memang samawi. Artinya sama. Asal-usulnya sama, yaitu Yahudi. Yg juga harusnya tidak menjadi masalah karena kita tidak rasis.
           
Dan yg mengakui Yesus cuma orang Kristen dan Islam saja. Yahudi tidak mengakui. Joko bahkan berani bilang bahwa Islam awal adalah varian Kristen yg berkembang di jazirah Arabia. Mereka tetap mempertahankan syariat sunat dan tidak makan daging babi. Dan tidak pakai dogma Trinitas. Yg menghapuskan syariat sunat dan haram makan babi itu Kristen yg masuk ke Eropa. Saat itu, kalau percaya Yesus, otomatis dianggap Kristen. Agama Islam belum dikenal. Belum disebut Islam. Bahkan sampai awal abad ke-19, di literatur Barat, agamanya disebut sebagai Mohammedan, pengikut Muhammad. Dan dari pandangan Kristen yg megalomaniak di saat jaya-jayanya, tentu saja itu aberasi, penyimpangan berat. Memang bukan Yahudi, tetapi tidak dianggap Kristen juga. Kalau mau dianggap Kristen harus tunduk kepada Roma. Harus menerima Trinitas.
          
Yahudi di perantauan tidak mau kembali lagi ke Palestina karena sudah makmur dimana-mana. Walaupun dapat diskriminasi, Yahudi telah menjadi kelas menengah, pedagang perantara dikota-kota besar Eropa dan Timur Tengah. Tidak mau kembali lagi ke Palestina yg cuma ditempati oleh orang Bedouin. Nomad penggembala kambing. Tidak ada yg perduli lagi itu wilayah sampai diributkan dalam Perang Salib, yg tidak lain usaha dari Paus di Roma untuk mengalihkan perhatian dari masalah-masalah di Eropa. Perang Salib itu penjarahan besar-besaran oleh Kristen Eropa Barat terhadap Kristen Eropa Timur. Itu sebelum Turki Osmani muncul. Kristen Timur yg berpusat di Konstantinopel, atau Istambul sekarang, dijarah habis. Palestina diduduki. Cuma bisa sekitar seratus tahun, setelah itu ditinggal. Kenapa? Karena orang-orang Eropa tidak tertarik untuk mempertahankan wilayah itu. Tidak ada hartanya. Yg ada cuma reruntuhan Kuil Yahudi yg terakhir dibangun oleh Herodes, dan dihancurkan oleh orang Romawi di tahun 70 M. Dihancurkan waktu menumpas pemberontakan orang Yahudi. Sejak itu orang Yahudi diusir keluar dari Palestina. Diusir oleh penguasa Romawi. Semua harus keluar, tidak boleh bertempat tinggal disana.
           
Kuil Yahudi tidak pernah dibangun lagi sampai sekarang. Sisa kuil itu sekarang adalah sisi Baratnya, yg dikenal sebagai the wailing wall atau tembok ratapan. Cuma itu yg asli. Sisanya bukan. Dan di tempat yg dulunya ada Kuil Sulaiman, sekarang ditempati oleh Masjid Al Aqsa. Kalau kita masih di jaman pertengahan, itu masjid mungkin sudah dihancurkan oleh Israel. Sekarang tentu saja tidak bisa. Apapun yg terjadi, bahkan apabila Yerusalem tetap di tangan Israel, masjid itu aman. Tidak bisa diambil alih. Dan itulah yg menjadi sumber sengketa dengan orang-orang Yahudi fanatik yg mau mengambil alih lokasi asli tempat Kuil Sulaiman dulu berada. Tentu saja tidak bisa. Jamannya sudah berubah. Joko sendiri berpendapat bahwa jaman dulu Yerusalem merupakan milik pribadi dari Raja Daud, yg di Islam dikenal sebagai Nabi Daud. Istananya terletak di atas bukit itu, yg sekarang ditempati oleh Masjid Al Aqsa. Kuil untuk Tuhan terletak di sebelah istananya. Bisa dibayangkan betapa sederhana sekali. Dan baru dibangun besar-besaran oleh Raja Sulaiman. Dihancurkan dalam perang dengan Babilonia atau Irak. Lalu dibangun lagi oleh Herodes. Hancur di tahun 70 M oleh orang Romawi.

Kultus JHVH atau Tuhannya orang Yahudi di Palestina mungkin tidak beda jauh dengan kultus serupa di masyarakat tradisional lainnya. Penguasa punya kediaman sederhana, dan di sebelahnya dibangun tempat ibadah untuk Tuhannya. Sama saja seperti Nabi Muhammad, yg punya masjid di sebelah rumahnya yg sederhana di Mekkah?
           
Nabi Muhammad sendiri ber-nubuah mengikuti tradisi Yahudi. Memang seperti itulah caranya. Ada yg langsung diucapkan, dan ada yg dituliskan. Ada nabi yg menulis nubuahnya, dan ada yg nubuahnya cuma diucapkan dan dituliskan oleh orang lain. Yesus termasuk nabi yg nubuahnya dituliskan oleh orang lain. Daud juga, karena kemungkinan besar buta huruf. Yg orang sering salah kaprah adalah asal muasal nubuah, seolah-olah ahistoris. Tidak ada sangkut-pautnya dengan kejadian sebelumnya. Itu tidak benar. Nubuah selalu berlaku dalam konteks. Ada konteks kesejarahan. Tempat dan ruang waktu. Muhammad sebagai nabi adalah orang yg dibesarkan dalam keluarga proselyte. Pamannya yg bernama Abu Thalib adalah orang Kristen. Istrinya yg bernama Khadijah juga orang Kristen. Nah, orang Kristen saat itu, dan bahkan sampai saat ini pula, adalah orang-orang yg menguasai kitab-kitab Yahudi. Semua kitab suci Yahudi diakui dan dipakai oleh Kristen, makanya orang-orang Kristen paham semua nabi-nabi Yahudi. Kalau bernubuah, rujukan kepada pendahulu bisa disebutkan. Bukan datang begitu saja, tapi dalam konteks kesejarahan. Artinya sang nabi yg sekarang bernubuah memang mengerti ada kisah sebelumnya. Misalnya, seperti Yesus yg ditanya tentang nabi-nabi Ibrahim, Ishak dan Yakub. Tentang apakah mereka masih hidup atau sudah mati. Things like that. Yesus juga bicara tentang para pendahulunya. Muhammad juga. Mereka adalah orang-orang yg dibesarkan dalam tradisi Yahudi. Yesus karena asli Yahudi. Ibunya orang Yahudi, walaupun kita tidak tahu siapa bapaknya. Mungkin saja Yesus bapak biologisnya orang Romawi, kita tidak tahu. Tapi itu tidak masalah buat orang Yahudi. Kalau ibunya orang Yahudi, maka anaknya orang Yahudi juga. Nabi Muhammad bukan orang Yahudi, tetapi proselyte. Banyak saat itu. Turun temurun menyembah Tuhannya orang Yahudi, dan berkiblat ke Yerusalem kalau sembahyang. Nah, sebagian proselytes itu ada yg menjadi Kristen. Kalau percaya Yesus, artinya sudah menjadi Kristen. Kalau cuma percaya Tuhannya orang Yahudi, artinya cuma proselyte biasa.
           
Nabi Muhammad bisa berbicara begitu fasih dengan orang Yahudi karena PD, percaya diri. Tentu saja PD karena dia dibesarkan dalam keluarga proselyte, yaitu orang Arab yg menyembah Tuhannya orang Yahudi. Tetapi dia itu proselyte plus karena percaya juga kepada Yesus. Itu salah satu sumber konflik dengan orang-orang Yahudi di Madinah. Karena Muhammad percaya Yesus, maka tidak dianggap seiman oleh orang Yahudi. Muhammad sendiri menganggap dirinya seiman dengan orang-orang Kristen. Di jaman Muhammad, masjid bisa digunakan untuk peribadatan orang Kristen. Tata cara peribadatannya sama. Kita tidak tahu sekarang seperti apa, tapi bisa dipastikan kurang lebih sama. Tapi bukan Kristen Barat, melainkan Kristen Timur Tengah, yg tidak menganut doktrin Trinitas. Waktu itu ada dua Kristen, yg Trinitas dan yg bukan. Nabi Muhammad berasal dari golongan Kristen non Trinitas. Makanya akhirnya Kristen yg menganut Trinitas memusuhi Islam. And vice versa. Islam menganggap Kristen Barat sebagai politheist, dan Kristen Barat menganggap Islam sebagai penyimpangan, karena dipercaya setelah Yesus tidak ada nabi-nabi lagi. Tidak ada nabi lagi sampai Yesus datang kembali.   
 
Banyak sekali salah kaprah tentang Yudaisme di Indonesia. Joko bisa tahu yg sebenarnya karena baca sendiri dari sumber-sumber berbahasa Inggris. Saya tidak suka sumber berbahasa Indonesia karena banyak salah kaprah, katanya. Saya bahkan tidak mau baca Al Quran dalam bahasa Indonesia karena artinya beda jauh dengan terjemahan bahasa Inggris yg berusaha untuk setia sedekat mungkin kepada arti asli. Alkitab juga saya baca yg bahasa Inggris. Alkitab itu kitab suci Kristen, isinya semua kitab suci Yahudi atau Tanakh, ditambah dengan kitab-kitab Kristen. Makanya mereka yg berlatar-belakang Kristen lebih mudah mengikuti sejarah dan pemikiran di Yudaisme. Yg Islam tidak begitu karena Al Quran susunannya melompat-lompat, bisa lompat dari satu konteks ke konteks lainnya, dalam susunan yg berdekatan. Satu ayat belum tentu merupakan sambungan ayat berikutnya. Kalau anda berlatar-belakang Yahudi atau Kristen, maka anda akan otomatis lebih mudah mengikuti Islam, karena Al Quran merujuk banyak kejadian-kejadian di Tanakh Yahudi, dan Perjanjian Baru Kristen.

Tetapi tidak sebaliknya.
           
Islam, walaupun yg terakhir, susah sekali mengikuti Yahudi dan Kristen dengan satu alasan utama, karena susunan Al Quran melompat-lompat. Anda susah menyusun kronologi sejarah Israel dari Al Quran thok. Faktanya, Al Quran itu seperti resume. Ringkasan. Dan memang ringkas. Relatif Al Quran tipis sekali kalau dibandingkan Tanakh dan Alkitab. Saya pikir, Islam awal sebenarnya aliran tarekat, kata Joko. Salah satu tarekat dari Kristen.
           
Islam juga agama mesianistik, karena turunan dari Yahudi dan Kristen. Imam Mahdi di Islam, yg konon akan datang pada akhir jaman, kurang lebih itu sosok Yesus di dalam Kristen. Joko merasa di hadist ada disebutkan bahwa yg akan datang pada akhir jaman adalah Nabi Isa. Itu salah satu kepercayaan Kristen yg diambil-alih Islam. Jadi, menurut Islam orthodox, Yesus itu Islam, dan Kristen itu sesat, yg juga wajar saja. Begitu cara kerja institusi agama, melalui pembenaran-pembenaran diri sendiri, dan penyalahan-penyalahan pihak lain. Kalau tidak begitu, tidak bisa mempertahankan pengikut dan mengembangkan diri. Untuk mempertahankan pangsa pasar (marketshare) digunakan berbagai kiat. Wajar saja. Namanya pasar bebas (freemarket).

Yahudi yg percaya mesias sudah datang dalam bentuk Yesus diusir keluar dari komunitas Yahudi. Itu sudah terjadi 2,000 tahun lalu. Maka lahirlah agama Kristen. Tadinya tidak berpisah. Tadinya pengikut Yesus merupakan tarekat di dalam Yudaisme. Tetapi karena diusir keluar, maka mereka membuat organisasi baru. Dasar-dasarnya tetap Yahudi. Kristen itu tetap Yahudi, bahkan sampai sekarang. Tidak bisa melepaskan diri dari akar Yahudinya. Yg juga sebenarnya tidak menjadi masalah karena pembaharuan selalu ada. Kitab suci Yahudi tetap dipakai, tetapi interpretasinya beda. Beda jauh. Apalagi oleh orang yg liberal.

Mereka yg paling liberal di Kristen, Yudaisme dan Islam boleh bilang satu agama. Dan itu ada. Yahudi liberal, Kristen liberal, dan Islam liberal. Ini satu agama, walaupun organisasinya beda-beda. Imannya sama, yaitu melihat yg essensial, inti, dan melepaskan segala pernak-pernik etnik dan sahibul hikayat. Kalau yg remeh temeh tapi dianggap penting ini sudah dilepaskan, maka orang-orang dari tradisi samawi bisa bersatu. Namanya liberal.

Mungkin lebih tepat ultra liberal.

Tentang akhir jaman, ada beberapa interpretasi. Bahkan di Kristen juga tidak cuma satu interpretasi. Ada interpretasi literal atau harafiah. Beberapa versi interpretasi harafiah. Dengan tokoh-tokohnya, termasuk Gog dan Magog yg di Islam menjadi Jun dan Majun. Sumbernya adalah kitab Wahyu, yaitu kitab terakhir di Alkitab. Proses pembuatan wahyu bisa ditelusuri, kalau mau. Berbagai ayat di Tanakh bisa dicernakan dan dibawa ke dalam doa-doa. Lalu muncullah penglihatan-penglihatan akhir jaman yg akhirnya dikenal sebagai ayat-ayat dalam kitab Wahyu. Masuk ke Al Quran juga dalam berbagai variannya. Yg runyam, institusi agama bisa interpretasi bahwa setan adalah institusi lawannya. Jadi, yg Islam fanatik bisa bilang setannya adalah Kristen. Dan yg Kristen fanatik bisa bilang setannya adalah Islam. Yg Yahudi fanatik bisa bilang setannya adalah Kristen dan Islam. Kurang lebih seperti itu skenarionya yg membuat dunia semakin gila. Kalau mau ikuti cara pandang orang fanatik, kita bisa jadi gila. Tidak berpijak di atas bumi, tapi tertutup mata ketiganya. Tertutup rapat, tidak bisa mengerti bahwa itu semua cuma buatan. Kitab-kitab itu buatan. Isinya simbolik. Berasal dari peradaban manusia di suatu tempat dan masa tertentu. Bisa dipakai kalau bermanfaat, dan bisa dibuang kalau tidak bermanfaat. Dan tidak perlu dicaci-maki juga. Kalau merasa sudah tidak cocok, cukup ditinggalkan saja. Jalans spiritual harusnya mengerti bahwa ada yg diambil dan ada yg dibuang. Yg lebih relevan diambil, dipakai. Yg sudah tidak relevan, tidak lagi bermanfaat, dibuang. Itu wajar juga. Tanpa perlu ribut-ribut dan bikin heboh.           
           
Joko sendiri sudah pernah memberikan interpretasi tentang akhir jaman. Tentang Imam Mahdi. Tentang Isa yg datang kembali. Interpretasi Joko, Imam Mahdi itu anda sendiri. Isa yg datang kembali itu anda sendiri. Ketika anda sadar akan hal itu, artinya kiamat sudah terjadi. Sudah lewat. Dan sekarang sudah masuk jaman baru. Andalah Imam Mahdi, andalah Isa. Dan anda bebas untuk menciptakan surga di atas bumi. Sekarang dan disini.


Here and now.
           
Mungkin lebih tepatnya kita pakai istilah simbolik untuk merujuk kepada skenario kiamat atau akhir jaman. Simbol dari pencerahan. Kalau manusianya sudah tercerahkan, dia akan sadar sendiri bahwa dirinyalah Maschiah, Mesias, Kristus, Imam Mahdi. Kalau ada dua, seperti versi Islam, maka keduanya adalah anda sendiri. Andalah Imam Mahdi, dan andalah Isa yg datang kedua kali. Artinya anda bisa menjadi manusia yg sadar, wajar, adil makmur, dan sekaligus menjadi penyelamat diri anda sendiri dan orang-orang lain yg minta bantuan dan bisa anda selamatkan.

Dan anda bantu, kalau bisa.

No comments:

Post a Comment