Aug 2, 2012

jaman jahiliyah

T = 64 tahun Indonesia merdeka koq malah ga punya wibawa ya ?
J = Indonesia tidak punya wibawa di mata dunia internasional karena satu dunia tahu
bahwa orang Indonesia tidak menghargai bangsa sendiri. Yg dihargai itu segala sesuatu
yg datangnya dari luar. Apa yg orang luar bilang bagus, orang Indonesia akan ikut-ikutan
bilang bagus. Begitu pula kalau orang luar bilang jelek.
Jadi, Indonesia ini penuh dengan orang-orang yg saling berkompetisi memperkenalkan
dan mempertahankan segala sesuatu yg berasal dari luar. Yg dari luar itu selalu bagus,
dan yg dari dalam selalu jelek. Orang luar tidak bisa salah, dan yg bisa salah cuma orang
kita sendiri, dan karena itu harus dimaki-maki. And that's exactly the reason kenapa
Malaysia begitu rajin dicaci-maki oleh orang Indonesia. The reason is, Malaysia
dianggap sebagai satu keturunan dengan kita. Jadi, pantas untuk dicaci-maki. Kalau yg
satu keturunan dan beda negara saja sudah diperlakukan dengan begitu semena-mena,
apalagi orang kita yg satu negara, ya gak ?
Menurut pengamatan saya, orang Indonesia itu paling suka menjatuhkan dan memaki
orang Indonesia juga. Dimaki habis-habisan sampai akhirnya orang-orang dari luar
Indonesia yg mengangkat dan menghargainya. Setelah dihargai oleh orang luar barulah
Indonesia akan mengakuinya. Sungguh goblok bukan ?
And that's the reason makanya Indonesia tidak punya wibawa di dunia internasional.
Orang-orang luar itu ternyata tidak sebodoh yg dikira oleh orang Indonesia. Saya pernah
tinggal di LN, jadi bisa mengerti cara berpikir internasional. Tetapi orang lokal di
Indonesia tidak mengerti. Mereka berbangga, berpikir bahwa satu dunia terkagum-kagum
dengan keaneka-ragaman atawa pluralisme Indonesia.
Aneka ragam sih aneka ragam, tetapi aneka ragam yg tidak dihargai oleh bangsa sendiri
melainkan oleh bangsa asing.
Yg menghargai keaneka-ragaman atau pluralisme Indonesia justru orang luar. Orang luar
menghargai Bali barulah orang Indonesia menghargai Bali. Orang luar menghargai Papua
barulah orang Indonesia menghargai Papua. Orang luar menghargai Timor barulah orang
Indonesia menghargai Timor. Orang luar menghargai Dayak barulah orang Indonesia
menghargai Dayak... Tetapi inipun belum tuntas. Kita menghargai bangsa sendiri cuma di
mulut saja tetapi dalam praktek nol besar.
Sebagai suatu bangsa keturunan Melayu, kita cenderung untuk menjatuhkan sesama
Melayu, baik yg berada di Indonesia maupun yg ada di Malaysia.
Orang Melayu di Malaysia juga begitu sifatnya, saling menjatuhkan dan menekan sesama
Melayu juga. Warganegara Malaysia keturunan Melayu tidak bisa pindah agama dari
Islam ke agama lain, for instance, sedangkan warganegara Malaysia keturunan Cina dan
India bisa. Keturunan Melayu tidak bisa minum alkohol di tempat umum, pedahal
keturunan Cina dan India bisa. Moreover, keturunan Melayu yg wanita ditekan habis
untuk berjilbab or at least berkerudung, sedangkan wanita keturunan Cina dan India
bebas memamerkan belahan toket mereka. Mao pamer belahan paha juga boleh, halal.
So, segala kekangan terhadap kemanusiaan di Malaysia yg kita cemooh habis-habisan
dari Indonesia bukanlah dilakukan terhadap warganegara keturunan Cina dan India,
melainkan terhadap keturunan Melayu. Melayu harus ditekan oleh Melayu juga supaya
kepala-kepala suku Melayu bisa masuk Sorga setelah mati, as well as bisa kaya raya
sebelum mati.
Itulah paradoks ras Melayu, di Indonesia as well as di Malaysia.
Saya tahu kebusukan di Malaysia dari seorang teman saya, seorang wanita Malaysia
keturunan Melayu yg menjadi professor di Kuala Lumpur. Dia heran mendengar saya
menulis bahwa kita di Indonesia bisa saja berpindah agama. Ternyata di Malaysia hal itu
tidak bisa dilakukan apabila anda keturunan Melayu. Kalau anda Melayu dan ingin ke
luar dari Islam, maka anda harus ke luar negeri, menjadi pelarian. Kita di Indonesia
masih lebih oke sedikit karena kita bisa ke luar dari Islam dan tetap tinggal di
Indonesia,... walaupun tetap saja dicaci-maki oleh sanak keluarga dan handai taulan.
Dimaki murtad.
Of course yg memaki murtad itu cuma manusia saja karena Allah tidak punya mulut
untuk memaki-maki. Seperti telah sering saya tulis, Allah itu cuma kata benda abstrak yg
mati. Yg hidup itu manusia, yaitu kita semua. Kita mau beragama ataupun tidak
beragama tidak akan menjadi soal buat Allah karena dia itu cuma sebuah ilah. Ilah is
berhala. Ingat kata-kata mutiara: tiada berhala selain berhala yg namanya Allah ? ... Allah
is ilah, berhala, dan berhala itu benda mati. Bisa berbentuk abstrak atau cuma konsep
saja, bisa juga berbentuk patung.
Allah ini termasuk berhala dari jenis konsep.
Orang Indonesia sangat gemar menyembah berhala berbentuk konsep, baik yg namanya
Allah maupun yg namanya "kebenaran" (dalam tanda kutip). Dan orang-orang di dunia
internasional geleng-geleng kepala melihat betapa gobloknya orang kita. Mereka tahu
bahwa kebenaran itu selalu relatif, tetapi orang Indonesia yg imbecile dan idiot (termasuk
cukup banyak juga di sini)... selalu akan bilang bahwa kebenaran itu ada, dan mutlak, dan
namanya adalah Allah. Pedahal, sang berhala yg bernama Allah itu termasuk one of the
main problems sebenarnya.
Salah satu pembawa masalah terbesar karena orang tetap tidak mau mengerti juga,
dipikirnya benar bahwa ada Allah di awang-awang. Bahwa benar kalau kita teriakin
sampai serak sang Allah akan mendengar dan memberikan kita kredit sehingga tempat
kita bergeser menjadi lebih oke di alam barzakh, dari layak menjadi lebih layak. Menjadi
lebih layak di sisi Allah.
Pedahal segalanya cuma konsep. Allah itu kata benda abstrak, benda mati. Yg hidup itu
kesadaran kita yg bisa membuat berbagai pemikiran yg kita anggap sebagai "kebenaran".
Kebenaran dalam tanda kutip itu akan dijalani sejadi-jadinya sampai suatu saat orangnya
akan sadar sendiri bahwa ternyata dia telah tertipu, telah menipu diri sendiri as well as
telah menipu orang lain.
Sayangnya banyak juga korban yg jatuh selama proses tipu menipu itu terjadi. Dan dunia
internasional mengamatinya. Goblok, kata mereka. Tetapi kita tetap saja tidak sadar
sampai sekarang.
T = Indonesia memang saat ini masih masuk di jaman jahiliyah. Ciri-cirinya: Banyak
manusia yang menyekutukan Tuhan, dalam artian masih banyak yang belum tahu tentang
kebenaran Tuhan, alhasil mereka beribadah dengan menyekutukan Tuhan.
J = Ya, Tuhan disamakan dengan syariat haram dan halal.
Pedahal Tuhan yg asli tidak pernah memberikan syariat apapun. Tidak ada syarat bagi
manusia untuk hidup. Manusia hidup karena memang hidup, hidup karena berhak hidup.
Dan kita bisa hidup dengan cara apapun karena Tuhan yg asli selalu ada di dalam
kesadaran kita.
Tetapi, seperti telah kita ketahui bersama, sebagian manusia yg memiliki nafsu angkara
murka untuk memperhamba manusia lainnya akhirnya menciptakan berhala yg bernama
Allah... Plus, lebih runyam lagi, dikhotbahkan bahwa Allah menuntut diberlakukannya
syariat supaya manusia bisa masuk Sorga. Akhirnya manusia menyembah segala macam
syariat dan konsep "kebenaran". Pedahal segalanya itu buatan saja, asalnya dari manusia
yg memiliki nafsu angkara murka mengumpulkan kuasa dan harta di bumi ini, dan bukan
berasal dari Tuhan yg asli.
T = Banyak manusia yang salah kaprah dalam mengartikan beribadah untuk Tuhan.
J = Ya, salah kaprah.
Mereka pikir Tuhan perlu disembah dengan cara jungkang jungking. Pedahal yg perlu
disembah dengan cara itu cuma berhala saja. Berhala bisa berbentuk patung, dan cara
menyembahnya dengan nunggang nungging. Saya pernah melihat orang nunggang
nungging di depan patung di Kelenteng Sam Po Kong di Semarang. Saya melihatnya
dengan penuh takjub sampai akhirnya muncul pencerahan seketika di dalam kepala saya.
Saya akhirnya sadar bahwa patung yg ada di Kelenteng Sam Po Kong itu ternyata Allah.
Cara menyembahnya sama, dengan nunggang nungging. So, gak salah lagi the patung itu
pastilah Allah. Allah ada di mana-mana bukan ? Karena Allah ada di mana-mana berarti
Allah juga ada di patung-patung yg disembah dengan cara nunggang-nungging, termasuk
yg ada di Kelenteng Sam Po Kong di Semarang. Tapi saya tidak ikut-ikutan nunggang
nungging, that's not my type of worship. Saya ini sudah sohib-an sama Allah, dan saya
tahu bahwa Allah yg asli tidak perlu disembah.
Kalau masih perlu disembah artinya konsep doang, baik yg abstrak maupun yg berbentuk
patung.
T = Banyak manusia yang tidak jujur dan berbohong terutama terhadap Tuhannya.
J = Tuhan yg asli adalah kesadaran di dalam diri kita. Kita sadar bahwa kita sadar, dan
itulah Tuhan yg asli. Tetapi banyak orang masih suka membohongi the Tuhan. Kita tidak
mau mengakui bahwa kesadaran kita itu Tuhan. Kita merasa "tidak sadar" (dalam tanda
kutip), pedahal kita selalu sadar. Kalau kita sadar dan tidak mengakuinya, namanya kita
berbohong. Berbohong kepada Tuhan yg ada di dalam diri kita sendiri saja.
T = Banyak manusia yang tidak menghormati hak-hak Tuhan yang azazi.
J = Hak Tuhan yg azasi adalah untuk menjadi dirinya sendiri saja, dan menciptakan
apapun yg ingin diciptakannya melalui pikiran. Kita tidak menghormati hak azasi Tuhan
ketika kita bilang bahwa kita harus berpikir berlandaskan syariat. Syariat itu
menginjak-injak hak azasi Tuhan. Syariat bilang bahwa Tuhan yg ada di dalam kesadaran
kita harus masuk ke dalam kerangkeng dan tidak boleh ke luar. Tuhan kok harus
dikerangkeng ?
Tetapi itulah yg namanya manusia yg belum tercerahkan, yg tidak bisa melihat bahwa
Tuhan itu adalah kesadaran di dalam dirinya sendiri. Tuhan itu bebas, selalu bebas dan
tidak terikat kepada apapun. Tuhan bebas untuk berpikir apapun, bebas untuk berkiprah
apapun. Kalau kita mau menaruh Tuhan dalam kerangkeng syariat, maka segalanya akan
menjadi amburadul. Terbalik-balik, jahiliyah.
T = Banyak manusia yang jadi pemimpin tapi mencemooh Tuhan di belakang
J = Ya, itu benar. Banyak pemimpin di Indonesia yg tahu bahwa Tuhan itu hidup di
dalam kesadaran setiap orang dari kita. Tetapi para pemimpin ini berpura-pura tidak tahu,
dan malahan menjerumuskan Tuhan-Tuhan lainnya untuk tidak percaya bahwa kesadaran
di dalam diri mereka itu Tuhan. Pemimpin menyodorkan syariat untuk dijalankan oleh
para Tuhan, dan setelah itu pemimpin yg sama akan terbahak-bahak kegelian. Mereka
geli karena ternyata Tuhan-Tuhan yg lain itu gampang sekali dibohongi. Karena gampang
dibohongi maka akhirnya dicemooh secara diam-diam.
Kita di Indonesia ini adalah Tuhan-Tuhan yg gampang dibohongi oleh para pemimpin
kita sendiri yg diam-diam mencemooh kita.
T = Akibat manusia Indonesia tidak tulus kepada Tuhan maka cobaan-cobaan datang:
Manusia Indonesia direndahkan dan dilecehkan oleh bangsa lain. Manusia Indonesia
cuman jadi kasta rendah, budak, hamba sahaya bagi bangsa lain. Manusia Indonesia
dipandang cuma hanya pinter diplomasi, berkonsep doank tapi ga ada kenyataannya,
makanya segala omongannya akhirnya ga pernah digubris sama bangsa lain. And so on,
and so forth... daftarnya panjang, butuh waktu 15 tahun untuk menjadikan Indonesia
bangsa yang berwibawa, secara moral dan material, tapi tergantung pemimpinnya juga.
sumber: Ebook 'Setelah 2012 Lalu Apa?' oleh Leonardo Rimba

No comments:

Post a Comment