Aug 2, 2012

Intuisi, Hipnoterapi, Gendam dan NLP

Intuisi adalah pengertian yg muncul begitu saja di dalam pikiran kita, kita tahu bahwa
kita tahu. Walaupun orangnya sumpah kerak keruk, kita akan tahu bahwa dia bohong.
Walaupun dia tidak mau bicara, kita akan tahu apa isi pikirannya. Apa yg bisa langsung
kita tahu itulah yg dimaksudkan dengan intuisi.
Hipnotis lain lagi, dan jenisnya ada macam-macam. Hipnotis yg dilakukan dengan seijin
orangnya namanya hipnotherapi, gunanya untuk penyembuhan berbagai macam penyakit,
baik yg asli berasal dari virus maupun dari pikiran orang itu sendiri yg destruktif.
Setahu saya meditasi bukanlah prasyarat mutlak bagi seorang praktisi hipnotherapi.
Seorang hipnotherapist cukup melatih kemampuan dirinya untuk rileks dan menurunkan
gelombang otaknya sendiri ke level alpha dan theta, yg gunanya untuk menginduksi
gelombang otak pasiennya ke gelombang otak yg sama, dan lalu memberikan berbagai
macam sugesti yg diharapkan akan bisa membantu penyembuhan.
Penyembuhan total dan langsung merupakan suatu pengecualian, dan sangat wajar bagi
teknik hipnotherapi untuk digunakan berulang-ulang sampai hasil yg diinginkan tercapai.
Ada juga kemungkinan bahwa hasil yg telah tercapai akhirnya hilang begitu saja karena
ternyata sugesti yg diberikan oleh hipnotherapist kalah kuat dengan sugesti yg diberikan
oleh si pasien terhadap dirinya sendiri.
Ada yg pernah mencoba untuk melakukan perubahan orientasi seksual dari seorang gay
agar menjadi straight. Hasilnya cukup menggembirakan pada awalnya karena si gay itu
sudah bisa melirik wanita. Tapi, ketika therapi diteruskan, ternyata efeknya cuma
begitu-begitu saja which is cuma melirik doang, dan tidak berlanjut ke arah hubungan
sex.
Pada pihak lain, orientasi seksual seseorang itu merupakan hal yg normal saja. Baik
straight, gay, bisex, ataupun asexual merupakan orientasi yg normal. Dan usaha untuk
mentherapi seseorang agar orientasi seksualnya berubah tentu saja patut dipertanyakan.
Apakah ethis untuk merubah seorang pria straight menjadi gay? Kalau itu ternyata tidak
ethis, maka merubah pria gay menjadi straight juga tidak ethis, karena kedua orientasi ini
sama validnya. Bukan merupakan kelainan jiwa melainkan hal yg normal saja.
Lain halnya kalau orangnya sendiri yg meminta, misalnya ada seorang pria straight sudah
bosen having sex with women, dan sekarang ingin nyobain gituan dengan sesama pria.
Dia lalu pergi ke seorang hipnotherapist agar dihipnotis menjadi gay. Itu bisa saja, tetapi
harus atas permintaan orangnya sendiri. Dan belum tentu berhasil lagi. Maybe paling jauh
jadi bisex doang which is suatu kemajuan besar karena bisa having fun with both sexes.
Ada lagi hipnotherapist yg bisa melakukan regressi ke kehidupan masa lalu atau past life.
Masalah di kehidupan sekarang bisa "ditelusuri" sebagai berasal dari kehidupan masa
lalu. Sayangnya, tidak semua orang bisa diregressi. Kalaupun bisa, apakah benar sesuatu
yg dilihat oleh pasien sebagai past life itu benar-benar past life? Yg jelas, kita cuma akan
di-regressi ke dalam pikiran kita sendiri, dan yg muncul juga cuma simbol-simbol belaka.
Dan belum tentu hipnotherapist bisa mengartikan simbol yg muncul, sehingga bisa saja
akhirnya terjadi penumpukan takhayul yg tidak mencerdaskan.
Pada pihak lain, yg secara salah kaprah dikenal sebagai "kejahatan hipnotis" sebenarnya
bukanlah hipnotis melainkan gendam. Gendam itu dilatih dengan cara konsentrasi pada
cakra solar plexus ke bawah. Orang yg mengumpulkan energi gendam bisa
"menghipnotis" korbannya untuk memberikan uang, dsb. Itu gendam dan bukan hipnotis
karena yg digunakan adalah tenaga yg kuat sekali dan berasal dari cakra solar plexus ke
bawah. Ini energi naluri dan bukan energi intuisi. Naluri seseorang yg kuat tentu saja bisa
mempengaruhi orang lain yg pikirannya melayang dan tidak fokus.
Kalau kita rutin meditasi di cakra mata ketiga, kita tidak akan terpengaruh dengan segala
macam gendam. Segala macam hipnotherapi juga tidak akan berpengaruh. Segala teknik
rekayasan yg menggunakan kombinasi gendam dan hipnotherapi seperti dipraktekkan di
berbagai pelatihan ESQ juga tidak akan mempan. Kita juga akan dengan mudah melihat
segala macam rekayasa yg dipraktekkan dalam berbagai pelatihan NLP.
Sebaliknya, dengan meditasi rutin di cakra mata ketiga kita akhirnya akan sadar bahwa
kita bisa memilih apa yg kita inginkan dalam hidup. Tanpa perlu membuang uang
mahal-mahal buat pelatihan begituan yg menggunakan segala macam teknik rekayasa,
kita akan tahu dengan sendirinya apa yg sebenarnya kita mau, dan kita akan pilih apa yg
kita mau dengan sadar.
sumber: Ebook 'Setelah 2012 Lalu Apa?' oleh Leonardo Rimba

No comments:

Post a Comment