Kalau mau maka kita bisa memilih untuk hidup
di masa lalu seperti yang jelas diperlihatkan oleh orang-orang yang masih mau
mempertahankan ideologi berupa agama yang katanya turun dalam bentuk
gelondongan dari langit, gedebuk !
Dan ada juga Malaikat Jibril yang datang membawa pesan dari Allah kepada sang
nabi besar yg sebenarnya manusia biasa-biasa saja seperti anda, saya dan Lia
Eden. Apa yang dialami oleh si nabi besar tidak lain dan tidak bukan merupakan
pengalaman spiritual seperti dialami oleh Mbak Lia Eden yang karena mengaku
sebagai nabi akhirnya di-ZOLIMI oleh Pemerintah Indonesia.
Apa bedanya Pemerintah Indonesia dengan
Pemerintahan Quraish di Jazirah Arab 1,500 tahun yang lalu ?
So, segalanya merupakan pilihan. Ada orang yang akan
mengaku sebagai nabi or nabiah (nabiah is nabi perempuan; Lia Eden harusnya disebut
sebagai nabiah dan bukan nabi), dan itu oke saja. Menjadi nabi merupakan hal yg
umum karena merupakan fitrah bagi manusia untuk mendengar suara Allah. Suara
itu akan didengarnya dengan klayar kliyer
dan orangnya akan memberikan kesaksian bahwa ada Malaikat Jibril
yang muncul dan ngomong blah blah blah...
Nah, kita itu tidak perlu heboh karena inilah
yang namanya SPIRITUALITAS dimana setiap manusia bebas untuk berkiprah dan
akses sendiri ke Allah yg merupakan sumber dari Kesadaran yang adanya di diri kita
semua. Sudah masanya kita melepaskan segala macam ketakaburan bahwa hanya ada
satu orang saja yang bisa menjadi nabi dan yang lainnya palsu.
Itu namanya takabur karena kalau kita bilang
bahwa hanya ada satu nabi yang benar dan lain palsu, maka kita menipu diri
sendiri. Harusnya kita bilang bahwa semuanya benar atau semuanya palsu.
Saya sendiri akan bilang bahwa semuanya itu
benar, memangnya salahnya dimana ? Setiap orang bisa saja mengaku nabi dan
membawakan pesan dari Malaikat Jibril yang diterimanya. Dan itulah yang
dilakukan oleh banyak manusia di negara-negara Barat yang menghormati HAM (Hak
Azasi Manusia).
Kita ini berhak untuk menjadi nabi, diakui
ataupun tidak diakui. Itu merupakan bagian dari HAM Kebebasan Beragama. Dan
kita tidak perlu lagi hidup dalam masa jahilliyah ketika setiap orang yang
mengaku nabi harus dihabisin karena kalau tidak maka Pak Ustad akan kebakaran
jenggot. Ibu Ustadzah juga akan kebakaran jenggot, walaupun jenggotnya bukan di
bagian wajah seperti Pak Ustad. Banyak orang akan kebakaran jenggot.
Itulah yang kita saksikan saat ini, menjelang
tahun 2012 ketika banyak orang kebakaran jenggot ketika Belief Systems mereka ternyata tidak mempan waktu dan jaman. Ketika
makin lama makin banyak orang yg mengetahui segala macam rekayasa yg
dipraktekkan oleh institusi-institusi agama, maka para pelaku keagamaan akan
kebakaran jenggot.
Kita bisa kembali ke saat di masa lalu dimana
orang-orang yang kebakaran jenggot akan menarik perhatian pemerintah dan
khalayak ramai yang akan datang berbondong-bondong untuk "menghibur".
Tetapi, kita akhirnya akan berpikir, apakah pantas
kita datang menghibur segala macam pelaku keagamaan yang hanya mau
mempertahankan belief systems mereka dari masa lalu, yang sifatnya seperti unta yg menyembunyikan
kepalanya di dalam lubang di padang pasir. Sudah jelas kita tidak lagi
menggunakan kendaraan berupa unta. Kita sudah berada 1,500 tahun LEBIH setelah
masa jahilliyah dimana seorang nabi baru akan di-ZOLIMI. Masa kita mau seperti
itu terus ?
Nah, pilihan untuk seperti itu terus atau
berubah adalah kesempatan yang diberikan kepada kita di saat ini. Disini dan
saat ini.
Kita BISA memilih untuk menciptakan
agama-agama baru yang lebih sesuai dengan situasi kita saat ini dimana
diskriminasi dalam segala bentuknya adalah HARAM.
Masa lalu menghalalkan diskriminasi terhadap
wanita, agama lain, kepercayaan lain, segalanya di-diskriminasi atas nama
Allah. Masa kini dan masa datang kita memiliki pilihan untuk bilang TIDAK
kepada segala macam bentuk diskriminasi walaupun orangnya akan berteriak-teriak
sambil menyebut-nyebut nama Allah yg kita tahu cuma istilah saja karena yg
sebenarnya berkehendak untuk diskriminasi itu adalah Pak Ustad tertentu, yang
jelas bukan saya.
Saya bukan seorang ustad, dan sama sekali
tidak berminat untuk menjadi ustad. Ngapain saya ngajarin orang lain tentang
hal yang benar atau salah, apalagi dengan membawa-bawa nama Allah ?
Allah merupakan KONSEP yang kita ciptakan
untuk merujuk kepada KESADARAN yg adanya di diri kita sendiri. Kalau kesadaran
kita sudah meningkat sejauh ini seperti di tahun 2009 menjelang tahun 2012 ini,
maka selayaknya kita bicara saja. Bilang saja bahwa kita tidak mau lagi
diperbudak oleh segala macam ustad karena kita BISA berpikir sendiri.
Kita tidak bisa lagi diperbudak oleh segala
konsep yang dikhotbahkan oleh para ustad itu dengan membawa-bawa nama Allah,
karena kita tahu bahwa Allah adalah bagian dari diri kita, dan kita adalah
bagian dari Allah. It is like that in the
beginning, now, and forever. Bahkan without
beginnning and without ending.
Choose
for that !
(psikologi tarot II)
No comments:
Post a Comment