Apr 11, 2013

Choose for that !


Kalau mau maka kita bisa memilih untuk hidup di masa lalu seperti yang jelas diperlihatkan oleh orang-orang yang masih mau mempertahankan ideologi berupa agama yang katanya turun dalam bentuk gelondongan dari langit, gedebuk ! Dan ada juga Malaikat Jibril yang datang membawa pesan dari Allah kepada sang nabi besar yg sebenarnya manusia biasa-biasa saja seperti anda, saya dan Lia Eden. Apa yang dialami oleh si nabi besar tidak lain dan tidak bukan merupakan pengalaman spiritual seperti dialami oleh Mbak Lia Eden yang karena mengaku sebagai nabi akhirnya di-ZOLIMI oleh Pemerintah Indonesia.
Apa bedanya Pemerintah Indonesia dengan Pemerintahan Quraish di Jazirah Arab 1,500 tahun yang lalu ?
So, segalanya merupakan pilihan. Ada orang yang akan mengaku sebagai nabi or nabiah (nabiah is nabi perempuan; Lia Eden harusnya disebut sebagai nabiah dan bukan nabi), dan itu oke saja. Menjadi nabi merupakan hal yg umum karena merupakan fitrah bagi manusia untuk mendengar suara Allah. Suara itu akan didengarnya dengan klayar kliyer dan orangnya akan memberikan kesaksian bahwa ada Malaikat Jibril yang muncul dan ngomong blah blah blah...
Nah, kita itu tidak perlu heboh karena inilah yang namanya SPIRITUALITAS dimana setiap manusia bebas untuk berkiprah dan akses sendiri ke Allah yg merupakan sumber dari Kesadaran yang adanya di diri kita semua. Sudah masanya kita melepaskan segala macam ketakaburan bahwa hanya ada satu orang saja yang bisa menjadi nabi dan yang lainnya palsu.

Itu namanya takabur karena kalau kita bilang bahwa hanya ada satu nabi yang benar dan lain palsu, maka kita menipu diri sendiri. Harusnya kita bilang bahwa semuanya benar atau semuanya palsu.
Saya sendiri akan bilang bahwa semuanya itu benar, memangnya salahnya dimana ? Setiap orang bisa saja mengaku nabi dan membawakan pesan dari Malaikat Jibril yang diterimanya. Dan itulah yang dilakukan oleh banyak manusia di negara-negara Barat yang menghormati HAM (Hak Azasi Manusia).
Kita ini berhak untuk menjadi nabi, diakui ataupun tidak diakui. Itu merupakan bagian dari HAM Kebebasan Beragama. Dan kita tidak perlu lagi hidup dalam masa jahilliyah ketika setiap orang yang mengaku nabi harus dihabisin karena kalau tidak maka Pak Ustad akan kebakaran jenggot. Ibu Ustadzah juga akan kebakaran jenggot, walaupun jenggotnya bukan di bagian wajah seperti Pak Ustad. Banyak orang akan kebakaran jenggot.
Itulah yang kita saksikan saat ini, menjelang tahun 2012 ketika banyak orang kebakaran jenggot ketika Belief Systems mereka ternyata tidak mempan waktu dan jaman. Ketika makin lama makin banyak orang yg mengetahui segala macam rekayasa yg dipraktekkan oleh institusi-institusi agama, maka para pelaku keagamaan akan kebakaran jenggot.
Kita bisa kembali ke saat di masa lalu dimana orang-orang yang kebakaran jenggot akan menarik perhatian pemerintah dan khalayak ramai yang akan datang berbondong-bondong untuk "menghibur".
Tetapi, kita akhirnya akan berpikir, apakah pantas kita datang menghibur segala macam pelaku keagamaan yang hanya mau mempertahankan belief systems mereka dari masa lalu, yang sifatnya seperti unta yg menyembunyikan kepalanya di dalam lubang di padang pasir. Sudah jelas kita tidak lagi menggunakan kendaraan berupa unta. Kita sudah berada 1,500 tahun LEBIH setelah masa jahilliyah dimana seorang nabi baru akan di-ZOLIMI. Masa kita mau seperti itu terus ?


Nah, pilihan untuk seperti itu terus atau berubah adalah kesempatan yang diberikan kepada kita di saat ini. Disini dan saat ini.
Kita BISA memilih untuk menciptakan agama-agama baru yang lebih sesuai dengan situasi kita saat ini dimana diskriminasi dalam segala bentuknya adalah HARAM.
Masa lalu menghalalkan diskriminasi terhadap wanita, agama lain, kepercayaan lain, segalanya di-diskriminasi atas nama Allah. Masa kini dan masa datang kita memiliki pilihan untuk bilang TIDAK kepada segala macam bentuk diskriminasi walaupun orangnya akan berteriak-teriak sambil menyebut-nyebut nama Allah yg kita tahu cuma istilah saja karena yg sebenarnya berkehendak untuk diskriminasi itu adalah Pak Ustad tertentu, yang jelas bukan saya.
Saya bukan seorang ustad, dan sama sekali tidak berminat untuk menjadi ustad. Ngapain saya ngajarin orang lain tentang hal yang benar atau salah, apalagi dengan membawa-bawa nama Allah ?
Allah merupakan KONSEP yang kita ciptakan untuk merujuk kepada KESADARAN yg adanya di diri kita sendiri. Kalau kesadaran kita sudah meningkat sejauh ini seperti di tahun 2009 menjelang tahun 2012 ini, maka selayaknya kita bicara saja. Bilang saja bahwa kita tidak mau lagi diperbudak oleh segala macam ustad karena kita BISA berpikir sendiri.
Kita tidak bisa lagi diperbudak oleh segala konsep yang dikhotbahkan oleh para ustad itu dengan membawa-bawa nama Allah, karena kita tahu bahwa Allah adalah bagian dari diri kita, dan kita adalah bagian dari Allah. It is like that in the beginning, now, and forever. Bahkan without beginnning and without ending.


Choose for that !

(psikologi tarot II)

No comments:

Post a Comment