Jul 19, 2012

belajar untuk cuek

sumber: Ebook 'Setelah 2012 Lalu Apa?' oleh Leonardo Rimba

T = Ehm.. mungkin saya antusias sekali untuk mengirim tulisan saya kepada anda.
Karena saya percaya anda. I wish there's no problem for u.
J = No problem, saya suka sama anak umur 17 taon.
T = Sebenarnya saya ingin berbagi sedikit curhat pribadi pada anda, mungkin ini agak
terbuka langsung tapi karena saya percaya anda. Jadi, sebagai remaja saya sedang berada
dalam kebimbangan sampai saat ini.
J = Bukan anda saja, saya juga sedang dalam kebimbangan sampai saat ini, then ?
T = Saya orang yang agak tertutup dan boleh dibilang kurang bersosialisasi benar.
Bahkan saya kurang akrab dengan tetangga saya, paling tidak tegur sapa atau jika ada
keperluan saja.
J = You are better than me, saya sendri bahkan tidak bertegur sapa sama sekali dengan
tetangga saya karena saya bingung mao omongin apaan, dan saya orangnya tidak bisa
basa basi, then ?
T = Namun sampai saat ini saya masih bisa sekolah seperti anak lainnya, walaupun
jujurnya teman-teman saya cepat sekali untuk bilang bahwa saya sensitif dan cepat
sentimen.
J = Saya suka sama anak umur 17-18 taon yg sensitif dan cepat sentimen. In my opinion
that's very cute, then ?
T = Sebab apa yg membuat saya segan bersosialisasi.
J = Sebab apa ?
T = Dari kecil saya sudah bisa merasakan perasaan orang sekitar saya. Seolah empati
saya sangat tinggi sekali terhadap lingkungan sekitar, bukannya ingin meninggikan diri
saya. Karena itu, hal yang membuat saya tertekan pada batin. Perasaan mereka kontak
batin bagi saya.
J = Sama, saya juga begitu dari kecil sampai saat ini. Tapi saya sudah belajar untuk cuek.
Saya bilang pada diri saya sendiri bahwa tiap orang punya urusannya sendiri-sendiri, dan
walaupun saya bisa merasakan perasaan orang lain kalau saya mau, atau kalau saya
membiarkan diri saya untuk melayang tanpa kontrol, saya juga bilang pada diri saya
sendiri bahwa saya tidak mau.
Saya tidak akan masuk atau terbawa ke dalam perasaan atau pikiran orang lain kecuali
orang itu sendiri yg memintanya dengan cara bertanya langsung kepada saya. Kalau
orangnya tidak minta, maka saya akan diam saja.
Walaupun saya bisa "merasakan" apa yg orang lain rasakan, akhirnya yg saya rasakan itu
cuma seperti gambar di film saja. Datang dan pergi saja. Seperti pemandangan saja.
Dan memang mereka cuma pemandangan saja, it has nothing to do with us, ya gak ?
T = Saya agak segan pula untuk berada di keramaian layaknya mal atau tempat umum
lainnya.
J = Sama, saya juga. Kalau tidak terpaksa sekali saya tidak suka masuk mall, apalagi hari
Sabtu dan Minggu di mana banyak orang tumpah ke mall sampe jalan aja susah. Apa
enaknya sih jalan-jalan ke mall, ya gak ?
T = Dari kecil juga saya sering merasakan hal aneh, soal mimpi dan kejadian tak biasa.
J = Sama, saya juga.
T = Setelah saya pra remaja, saya menyadari hal lainnya, saya terkadang prediksian
terhadap pikiran orang lain. Hal itu terjadi secara tidak sengaja, karena dalam kondisi
tertentu saja. Sampai sekarang pun saya tak pernah tau metoda melakukannya dengan
sengaja.
J = Melakukannya dengan spontan saja, tanpa dipikirkan. Yg muncul itu namanya intuisi.
Diam saja, dan tiba-tiba muncul sendiri, hopla !
T = Kadang saya terbiasa menelaah pola pikir orang lain dan kebiasaan berperasaan.
J = Saya juga begitu kalo lagi suka sama orang tertentu dengan harapan orangnya juga
suka sama saya. Ada juga orang-orang tertentu yg suka menelaah pola pikir dan
kebiasaan saya berperasaan dan memproyeksikan segala macam ke arah saya.
T = Sejak remaja saya terobsesi menulis, menghasilkan karya tulis, puisi, sajak, dan
ceramah. Hal yang saya dapatkan harus saya cermati, baik bagi saya atau tidak.
J = That's good, apanya yg salah ?
T = Saya pernah mencoba menerapkan ilmu kebijaksanaan pada keluarga maupun orang
lain. Orang tua saya orang yang fanatik terhadap agama yang dianutnya, kadang saya
katakan untuk bijaksana dalam tidak mengkritik negatif keyakinan orang lain, yang ada
saya diomeli. Bahkan dikatakan sudah mencoba masuk kesesatan dan sok peramal.
J = Orang tua anda benar, anda sudah mencoba masuk kesesatan.
T = Boleh saya bilang sejujurnya keotoriteran orang tua saya yg tidak demokratis.
J = Biarin aja, anda tidak akan selamanya tinggal bersama mereka bukan ? Anda 17 tahun
sekarang, berapa lama lagi anda akan tinggal bersama mereka ? 5 tahun lagi ? 10 tahun
lagi ? As fast as you can stand on your own feet, anda bisa say goodbye to them. Bye bye,
then ?
T = Pernah saya ingin berusaha keluar dari kurungan bertindak, setiap orang bebas
memilih, asal kita tidak mencoba mengakhirkan diri kita pada kenegatifan perilaku dan
moral, why not.
J = Sure, why not ?
T = Kesadaran kita menyatu pada alam. Dan tujuan kita juga menjaga keharmonisan
alam. Berapa banyak masyarakat sekarang tidak bijaksana dalam mengikuti arus
kehidupan.
J = Berapa banyak ?
T = Oh ya, maaf semoga tidak ganggu Mas Leo.
J = Tidak ganggu, saya suka sama anak umur 17 taon.
T = Tulisan saya panjang ya ?
J = Menurut saya yg panjang bukan tulisannya.
T = Ehm, saya ingin meminta pendapat Mas Leo, elemen apa yang saya miiliki ya ? Kalo
menurut saya pribadi air yang diseimbangkan oleh angin.
J = Bisa saja.
Air yg diseimbangkan oleh angin adalah air danau atau air laut. Maunya seimbang, tetapi
selalu goyang-goyang terus karena angin itu tidak bisa diatur. Kalo lagi gede anginnya
(pemikirannya), maka airnya (emosinya) bisa bergolak juga.
Cowok pendiam yg emosinya suka bergolak is rather cute, in my opinion.
T = Oh ya, mas sampai saat ini pun saya tidak tahu jati diri saya.
J = Sama, saya juga tidak tahu jati diri saya sampai sekarang.
T = Mungkin saya hanyalah saya, tak lebih.
J = Iyalah, anda adalah anda, dan saya adalah saya.
T = Hati saya sering bicara pada saya, ada hal dan misi yang harus saya jalankan, apalah
maksudnya ? Tak pernah saya temukan. Saya sering sedih karena hal itu.
J = Gak perlu sedih karena sooner or later you'll find your mission in life.
Saya dulu juga suka sedih karena saya very sensitive, tapi lama-lama saya belajar bahwa
the best policy is to let things flow. FlFlowww... flowww... flowww...
Mengalir saja, kayak air.
+++

No comments:

Post a Comment