Jul 30, 2012

masalah export import agama

sumber: Ebook 'Setelah 2012 Lalu Apa?' oleh Leonardo Rimba

Ada unek di benak yang harus keluar, masalah export import agama. Seperti yang kita
setujui bersama, kalau semua mainstream agama adalah imported, dan beberapa aliran
kepercayaan dan sects juga adalah imported. Agama di samping multi billions dollar
business juga sebagai jalan menuju ke tujuan akhir, sama seperti mobil atau kendaraan
yang lain yang kita import dari luar. Tapi sepertinya kita lupa bahwa sebagian dari
bangsa Indonesia adalah juga imported dari luar, migrated dari India, Timur jauh, China
dll.
Dengan analisa begitu, tidakkah mungkin kalau sebenarnya kita yang menarik agama kita
dalam hidup yang dulu ke yang sekarang?
Maybe?
Seperti beberapa kendaraan yang kita import, kita modified sedikit untuk keperluan kita
di sini, yang dulunya stir kiri kita pindahkan ke stir kanan, dsb. Beberapa agent
pengimportpun memodified concept agama dan Tuhan. Concept yang paling simple
misalnya dalam manualnya menambahkan sorga dan neraka, dan yang lain mengubah
interior designnya menjadi Tuhan Maha Besar dan Maha Tahu, etc. Yang penting kita
sampai ke tujuan akhir, apa bedanya kalau kita memilih macam kendaraan yang kita
pilih? Dari Toyota yang sederhana sampai Lamborghini Tertarosa yang biayanya
adzubillah, tokh kita sampai ke tujuan, apalagi waktunya sampai ke tujuan irrelevant.
Pilihan kendaraan kita tergantung selera kita masing-masing, tergantung gaya hidup dan
biaya kita, juga waktu untuk pemeliharan kendaraan tsb. Pantaskah satu sopir melarang
sopir yang lain untuk memilih kendaraan yang lain hanya karena menganggap kendaraan
tersebut tidak sesuai dengan kendaraannya, atau bisa merusak kendaraanya, atau juga
menjatuhkan harga kendaraan yang dia pilih?
NO!

No comments:

Post a Comment