Jul 16, 2012

Jalan Syariat, Tarekat dan Makrifat

sumber: Ebook 'Setelah 2012 Lalu Apa?' oleh Leonardo Rimba

Allah yg asli itu ada, dan adanya bukanlah di konsep-konsep tentang Allah yg tidak lain
dan tidak bukan merupakan hasil pemikiran manusia di masa lalu. Allah yg asli itu hidup
di kesadaran anda sendiri. Bisa juga dibilang bahwa Allah adalah proyeksi dari kesadaran
anda sendiri. In the end, yg ada cuma kesadaran anda sendiri saja. But, so what gitu lho!
Ada juga kalangan tertentu di Indonesia yg percaya bahwa dalam waktu kurang dari 10
tahun ke depan akan muncul utusan Allah sekelas rosul.
Menurut saya, apabila prediksi itu benar, maka orang yg akan muncul kemungkinan besar
asalnya dari luar agama-agama, dengan pertimbangan sbb:
1. Kalau anda percaya Tuhan ada, maka Tuhan akan tetap akan ada, dan tidak tergantung
dari agama.
2. Tuhan yg cuma eksis kalau orang beragama bukanlah Tuhan, melainkan konsep saja.
3. Agama seringkali tidak mengajarkan manusia untuk menemukan Tuhan, melainkan
menjadi robot syariat belaka demi kepentingan golongan tertentu.
4. Manual dari semua agama atau syariat, kalau dijalankan sampai tuntas, tidak akan
menghantar manusia sampai menemukan Tuhan.
Dalam Islam, ada yg namanya jalan syariat, tarekat, dan makrifat. Dan, walaupun banyak
orang bilang bahwa jalannya itu seperti anak tangga berurutan dari syariat naik ke tarekat
dan akhirnya makrifat, saya sendiri, berdasarkan pengalaman dan intuisi, akhirnya
mengerti bahwa jalan syariat itu ada batasnya. Dan batasnya itu menjadi robot syariat.
Untuk keluar dari syariat perlu membebaskan diri dan masuk jalan tarekat. Tarekat
artinya pemikiran bebas.
Jalan tarekat ada batasnya juga, pemikiran demi pemikiran hanya akan sampai pada
kesimpulan bahwa apapun bisa kita konsepkan, dan valid bagi kita sendiri, walaupun
tidak harus valid bagi orang lain. Jalan tarekat itu jalan buntu juga, berputar di situ saja.
Untuk keluar dari jalan tarekat harus lompat lagi dan masuk jalan makrifat.
Jalan makrifat adalah menjadi diri sendiri saja, mengikuti intuisi yg muncul dari dalam
diri sendiri tanpa takut dikucilkan, tanpa takut dipandang rendah oleh orang lain. Jalan
makrifat adalah jalan nabi-nabi. Nabi Muhammad mengikuti jalan makrifat, Nabi Musa
juga, Nabi Isa juga. Makanya kisah hidup mereka begitu aneh.
Syariat harus ditinggalkan, dan lompat masuk tarekat. Setelah itu tuntas harus lompat
lagi, masuk makrifat. Dan mereka yg sudah berada di jalan makrifat memang sangat
susah untuk diikuti jalan pikirannya oleh mereka yg levelnya masih "bawah".
Honestly, I hate to talk about "makrifat", tetapi dalam konteks pemikiran Indonesia mau
gak mau harus digunakan juga. Mau gak mau kita harus akui bahwa ada level "bawah"
dan ada level "atas". Itu istilah yg selama ini saya hindari untuk gunakan, tetapi mungkin
mulai harus digunakan juga karena semakin kita jujur maka orang akan semakin terbantu.
Kalau ada yg kita sembunyikan, maka kita tidak bisa membantu sepenuhnya.
Kalau kita sudah mengeluarkan semuanya dan ternyata orang masih belum terbantu juga,
ya sudah. Kita cuma bisa membantu sebatas kemampuan kita saja, and no more than that.
We are still human.
Walaupun Tuhan adanya di dalam kesadaran kita, we are still human.

No comments:

Post a Comment