Jul 22, 2012

bukan aura sial tapi kebiasaan yg kebablasan

Sumber: Setelah 2012 Lalu Apa? oleh Leonardo Rimba

T = Nah sekarang tuh adikku sedang babak belur mas, di kantor tuh dia difitnah terus
bawaannya, dari mencuri uang setelah diaudit ternyata tidak, muncul isu jual diri ampe
ada foto nyebar (rekayasa telematika), kemudian saat aku telpon untuk laporin polisi (HP
+ telpon rumah disadap entah oleh siapa) eh isu itu sirna, tapi ganti topik jadi HP yang
dipakai sekarang hasil curian, pokoknya udah berjalan hampir empat bulanan teror,
cacian, ancaman, sindiran, tatapan sinis, celetukan, dll.
Ampe adikku berfikir bahwa kelahiran dia itu salah, atau dirinya membawa nasib sial.
Memang sejak dulu seringkali masalah menghampiri, akupun juga tidak suka kalo dekat
ma dia, walo aku sayang ma adikku ini.
J = Well?
T = Apa bener tuh mas, badan kita bisa menciptakan aura sial, padahal adikku empatinya
tinggi, dia suka banget memberi apalagi ditipu orang pura-pura kehabisan ongkos tapi dia
tetap aja selalu kasih. Suaminya pun sepertinya kurang care ma adikku ini, agak
semena-mena kalau boleh dibilang.
J = Itu bukan aura sial tapi kebiasaan yg kebablasan. Kalau terlalu perduli sama orang,
jadinya orang lain akan terlalu sembarangan sama kita.
Adik anda harus belajar untuk tidak perduli sama orang lain, tidak care sama orang lain.
Itu cara satu-satunya supaya dia bisa seimbang atau balanced.
Kalau mau terus menerus pakai topeng jadi "orang baik", maka auranya akan tetap saja,
akan tetap "sial" (dalam tanda kutip).
She has to change. Kalau dia mau berobah, di sini dan saat ini, maka Allah akan merubah
nasibnya menjadi lebih oke luar dalem.

No comments:

Post a Comment